Jumat, 21 September 2012

Penyakit Sistem Imun


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Sistem Imun
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau imunitas tubuh terhadap senyawa makromolekular atau organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Zat asing yang masuk tersebut dapat berupa virus, bakteri, protozoa, atau parasit lainnya. Di samping itu tubuh juga dapat mengembangkan respon imun terhadap ptotein tertentu yang terdapat di dalam tubuh sendiri yang disebut autoimunitas dan keberadaan sel yang tidak dikehendaki, yaitu respon imunitas tubuh terhadap sel tumor.

Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan membuang atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau cedera. Sistem ini juga dapat mengidentifikasi sendiri faktor-faktor yang yang bukan berasal dari dirinya (non self). Selain itu, sistem imun mengenali dan mengeliminasi sel pejamu yang telah dipengaruhi oleh virus intrasel atau sel kanker. Perubahan pada respons imun dapat menyebabkan timbulnya serangan terhadap sel-sel tubuh sendiri, perkembangan kanker, atau ketidakmampuan berespons dan menyembuhkan tubuh dari infeksi.
Sistem  imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa  membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri.
Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen,  keringat, asam lambung, pepsin, dan lain-lain). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh thymus, lien, dan sumsum tulang.

Sistem imun dikontrol oleh sel darah putih (leukosit). Sel darah putih befungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi dan kanker serta membantu proses penyembuhan. Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan benda asing. Sedangkan sel lainnya adalah neutrofil, eosonofil, basofil, monosit, dan makrofag. Neutrofil bertugas melawan bakteri. Jika kadar neutrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya. Eosinofil berperan dalam respons alergi dan pertahanan terhadap infeksi parasit (helmintik). Sel-sel ini mengakhiri respons peradangan, memfagositosis sisa-sisa sel dengan tingkat rendah daripada neutrofil. Basofil  bersirkulasi dalam aliran darah mrengelurkan bahan alami anti pembekuan heparin, yang memastikan bahwa jalur pembekuan dan koagulasi tidak terus berlangsung tanpa pengawasan. Basofil juga terlibat dalam pembentukan respons alergik. Sel-sel ini memiliki fungsi sangat mirip dengan sel mast, yaitu sel pencetus peradangan jaringan tertentu. Monosit tidak bersifat fagositik, tetapi setelah beberapa jam berada di jaringan sel ini berkembang matang menjadi makrofag. Makrofag adalah sel besar yang mampu mencerna bakteri dan sisa sel dalam jumlah yang sangat besar. Makrofag dapat memfagositosis sel darah merah dan sel darah putih lain yang telah lisis.

Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfosit B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka.

Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.

  1. Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun adalah kelainan tubuh yang disebabkan oleh reaksi respon imun terhadap sel tubuh sendiri yang dianggap sebagai antigen, sehingga menyebabkan kerusakan organ tubuh. Biasanya antibodi yang menyerang diri sendiri ini bisa terbentuk karena adanya rangsangan virus sebelumnya, sehingga antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan dapat memberikan kerusakan organ pada tubuh kita. Gangguan autoimun dapat mempengaruhi satu atau lebih organ atau jaringan. Organ dan jaringan yang umumnya terkena oleh gangguan autoimun adalah sel darah merah, pembuluh darah, jaringan ikat, kelenjar endokrin seperti tiroid atau pankreas, otot, sendi, dan kulit.
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
1.      Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah. Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
2.      Senyawa normal di tubuh berubah. Misalnya oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
3.      Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung manusia sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari deman reumatik).
4.      Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa sel badan.
5.      Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. Pada orang yang rentan, satu pemicu seperti infeksi virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan berkembang. Faktor Hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita.
Contoh-contoh penyakit autoimun, diantaranya:
1.    Hepatitis oleh virus hepatitis C
Penyakit hepatitis akibat serangan virus hepatitis C terjadi akibat antibody menyerang tubuh sendiri. Antibody tersebut semula dibuat sebagai respon tubuh terhadap paparan antigen antara lain virus, akan tetapi sekuen asam amino dari protein virus mirip dengan sekuen protein dari jaringan tubuh, sehingga antibody yang ada dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
2.    Graves’disease (gangguan autoimun yang mengarah ke kelenjar tiroid hiperaktif)
Penyakit Graves timbul sebagai akibat dari produksi antibody yang merangsang tiroid. Mekanisme respon autoimun yang terjadi pada penyakit graves, melibatkan reaksi antibody yang disebut dengan long acting thyroid stimulator bereaksi dengan reseptor thyroid stimulating hormone yang terdapat pada pemukaan kelenjar tiroid, sehingga meningkatkan produksi hormone tiroid yang berlebihan.
3.    Myasthenia gravis (gangguan neuromuskuler yang melibatkan otot dan saraf)
Penyakit myasthenia gravis merupakan penyakit autoimun yang mengakibatkan kelemahan otot secara progresif. Hal ini disebabkan karena antibody menutupi reseptor asetilkolin dengan immunoglobulin dapat mencegah penerimaan impuls saraf, yang dalam keadaan normal disalurkan oleh molekul asetilkolin, sehingga menimbulkan kelemahan otot. Apabila otot yang diserang adalah otot diafragma. Maka diafragma tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.
4.    Systemic lupus erythematosus/SLE (gangguan autoimun kronis, yang mempengaruhi kulit, sendi, ginjal, dan organ lainnya)
*     Definisi
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, cina, dan filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1.
*     Penyebab
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas, akan tetapi pada beberapa penderita ditemukan antibody yang spesifik terhadap beberapa komponen tubuhnya sendiri termasuk terhadap DNA, yang diduga dilepaskan pada saat penghancuran sel atau jaringan secara normal, terutama sel-sel kulit. Pada penderita yang secara genetik menunjukkan predisposisi untuk penyakit SLE, dijumpai gangguan sistem regulasi sel T dan fungsi sel B yang dapat diinduksi oleh beberapa faktor. Selain faktor genetik yang abnormal, lingkungan juga berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
*     Gejala
Gejala yang umum dijumpai adalah:
§  Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
§  Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
§  Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
§  Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit lupus ini.
§  Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan.
§  Sistem imun kadang merespons secara berlebihan atau hipereaktif terhadap suatu benda asing sehingga antigen yang masuk ini disebut alergen dan bisa menumbulkan gejala seperti bengkak, mata berair, pilek alergi, bahkan bisa menimbulkan reaksi alergi hebat yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis. Berbagai macam reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim, pilek alergi, batuk alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin.
§  Jumlah antibodi bisa diukur secara tak langsung dengan jumlah CD4. Jika jumlahnya kurang maka dicurigai seseorang mempunyai penyakit immunocompromized dimana daya tahan tubuhnya sangat rendah, hal ini bisa terjadi pada orang yang terkena HIV/AIDS, dan non HIV (pengguna kortikosteroid lama, individu yang terkena kanker,penyakit kronik seperti gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, dan lain-lain).
5.    Reumatoid arthritis (radang sendi)
Rheumatoid arthritis merupakan kelainan sendi yang disebabkan oleh reaksi kompleks imun antara IgM, IgG, dan komplemen pada persendian. Reaksi kompleks imun yang terjadi antara faktor rheumatoid dengan bagian Fc-IgG yang ditimbun pada sendi sinovia akan mengaktifkan system komplemen dan melepas mediator kemotaksis terhadap granulosit. Respon inflamasi yang disertai permiabilitas vaskuler menimbulkan pembengkakan sendi dan sakit bila eksudat bertambah banyak. Senyawa enzimatik yang dilepas oleh neutrofil segera memecah kolagen dan tulang rawan sendi yang menimbulkan destruksi permukaan sendi sehingga mengganggu fungsi normal sendi. Akibat inflamasi yang berulang dapat terjadi penimbunan fibrin dan penggantian tulang rawan oleh jaringan ikat, sehingga sendi sulit digerakkan.
6.    Multiple sclerosis (gangguan autoimun yang mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat tulang belakang)
*     Definisi
Penyakit multiple sclerosis merupakan salah satu contoh reaksi autoimun dimana sel T dan makrofag dapat merusak sel-sel saraf.
*     Penyebab
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi secara epidemiologi diduga bahwa beberapa jenis mikroorganisme pathogen terlibat dalam proses perjalanan penyakit. Infeksi virus Epstein-Barr seringkali disebut sebagai penyebab utamanya.
*     Gejala
Gejala penyakit ini sangat beragam mulai dari kelelahan yang kronis sampai kelumpuhan (paralysis). Perkembangan penyakit ini sangat lambat dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
*     Pengobatan
Belum ditemukan obat untuk mengatasi kondisi penderita, akan tetapi pemberian interferon dan beberapa obat untuk memperbaiki system imunitas dapat memperlambat keparahan penyakit.
7.    Diabetes mellitus tipe I
Penyakit autoimun lainnya yaitu diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (insulin dependent diabetes mellitus). Melalui mekanisme reaksi yang sama, respon imun seluler dapat merusak sel-sel pancreas yang mensekresi insulin. Kerusakan sel pancreas dapat mengakibatkan penyakit diabetes yang selalu tergantung pada insulin.
8.    Varisela
*     Definisi
Varisela adalah infeksi virus akut yang ditandai dengan adanya vesikel pada kulit yang sangat menular. Penyakit ini disebut juga chicken pox, cacar air, atau varisela zoster. Varisela disebabkan oleh Herpesvirus varicellae atau Human (alpha) herpes virus-3 (HHV3). Penyakit  ini menyerang  semua usia, kekebalan varisela berlangsung seumur hidup setelah seseorang terkena penyakit ini satu kali.

*     Penularan varisela
Varisela ditularkan melalui kontak langsung (cairan vesikel) dan droplet. Penularan melalui kontak serumah sangat tinggi, temuan di Amerika Serikat melaporkan 90% serangan sekunder terjadi pada kontak di rumah tangga. Penularan lainnya adalah pada saat pasien mengalami viremia (adanya virus di dalam darah), penyakit ini bisa ditularkan melalui plasenta dan transfusi darah. Infeksi varisela sering terjadi pada saat pergantian musim, di Indonesia varisela diduga sering terjadi pada saat pergantian musim hujan ke musim panas atau sebaliknya. Disebutkan bahwa tingkat penularannya lebih tinggi daripada parotitis (radang kelenjar parotis/gondongan) tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan penularan campak.
*     Gejala dan tanda
Masa inkubasi varisela sekitar 11-21 hari, dengan rata-rata 13-17 hari. Perbedaan varisela dengan herpes zoster adalah bahwa lokasi vesikel pada herpes zoster sesuai dengan lokasi susunan saraf. Terdapat dua stadium perjalanan penyakit:
§  Stadium prodromal
Dua minggu setelah infeksi akan timbul demam, malaise, anoreksia, dan nyeri kepala.
§  Stadium erupsi
Sat sampai tiga hari kemudian akan muncul ruam atau macula kemerahan, papula segera berubah menjadi vesikel yang khas berbentuk seperti tetesan air. Vesikel akan menjadi pustule (cairan jernih berubah menjadi keruh) yang pecah menjadi krusta dan dalam waktu sekitar 12 jam. Vesikel mulai muncul di muka atau mukosa yang cepat menyebar ke tubuh dengan anggata gerak menimbulkan gejala gatal. Komplikasi yang sering timbul adalah pneumonia, ensefalitis, dan infeksi sekunder pada krusta oleh bakteri.
*     Pengobatan
Pada penderita dengan daya tahan tubuh yang baik akan muncul gejala ringan dan sembuh sendiri (self limited). Pasien dapat diberi antihistamin atau anti gatal, antivirus asiklovir atau vidarabin, antibiotik bila ada indikasi infeksi bakteri dan multivitamin.
*     Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
§  Mengisolasi penderita.
§  Meningkatkan izin ”kontak” yang serumah dengan penderita.
§  Memberikan penyuluhan tentang penyakit.
§  Imunisasi (saat ini masih mahal).
9.    Campak
Campak adalah  suatu penyakit akut yang menular disebabkan oleh morbili virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak basanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sampai sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat eradangan otak (ensefalitis).
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak,dari family Paramyxovirus, genus Morbilivirus. Virus ini adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai satu antigen. Struktur virus ini mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Setelah timbulya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada secret nasofaring,darah,dan air kencing dalam waktu  sekitar 34 jam pada suhu kamar.
Virus campak  dapat bertahan selama beberaa hari pada tmperatur 0C dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Diluar tubuh manusia virus ini mudah mati.pada suhu kamar sekalipun,virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus inimudah hancur oleh sinar ultraviolet.
Di Indonesia campak masih menemati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan balita (1-4 tahun) berdasrkan laporan SKRT tahun 1985/1986. Kasus luar biasa masih terus dilaporkan,dilaporkan terjadi kasus luar biasa di pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian sekitar 12%,kasus luar biasa di Provinsi Jawa Barat pada tahun        1981 (Case Fatality Rate, CFR/anka kematian=15%), dan kasus luar biasa di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003, di Semarang masi tercartat terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0%.
Angka kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.0000 kasus per  tahun yang dilaporkan, meskipun pada kenyataan hampir semua anak setelah usia balita pernah terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiapanak harus terkena campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyakit ini akan sembuh sendiri bila ruam merah pad kulit sudah timbul, yang berakibat ada usaha-usaha untuk mempercepat timbulnya ruam. Mereka beranggapan bahwa kalau ruam tidak keluar ke kulit, penyakit ini akan menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan yang lebih fatal daripada penyakitnya sendiri.
Campak biasanya menyerang anak berusia 5-10 tahun sebelum penggunaan vaksin campak. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), penyakit ini sering menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau mereka yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan. Peneltian di rumah sakit selama tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak terjadi pada usia balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%), diikuti bayi (17,6%), anak usia 1 tahun(15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun (8,2%).
Angka kematian terus menurun dari waktu ke waktu. Menurut laporan Balitbangkes di Sukabumi pada tahun 1982, CFR campak sebesar 0,65% dan di banyak provinsi ditemukan CFR antara 0,76-1,4%.
Penularan
Virus campak mudah menuarkan penyakit. Virulensinya sangat tinggiterutama pada anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hamper 90% anak rentan akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam. Masa inkubasinya anatara 10-12 hari.
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada jann yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bias bertahan sampai bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak sampai puncak titer sekitar 21 hari, igM akan terbentuk dan akan cepat menghilang untuk kemudian digantikan oleh igG. Adanya karier campak sampai sekarang tidak terbukti.
Cakupan imunisasi campak lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelompok (herd immunity) yang akan menyebabkan penurunan kasus campak di masyarakat.
Gejala dan tanda
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti dengan koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium.
1. Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari.
2. Stadium masa prodromal, yaitu munculnya demam ringan sampai sedang, batuk yang makin berat, koriza, peradangan mata, dan munculnya enantema atau bercak koplik yang khas pada campak yaitu bercak putih pada mukosa pipi.
3. Stadium akhir, ditandai demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam kulit kemerahan yang dimuai dari belakang telinga dan kemudian menyebar ke leher, muka, tubuh, dan anggota gerak.
Dua hari kenmudian biasanya suhu akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan mungkin mengelupas. Penderita akan tampak sehat bila tidak disertai komplikasi. Kompikasi yang sering terjadi adala konjungtivis, bronkopneumonia, radang telinga tengah, dan peradangan otak.
Pengobatan
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup. Obat simtomatik yang perlu diberikan antara lain:
1. Anti demam
2. Antibiotik
3. Vitamin A
4. Antibiotik diberikan bila ada indikasi,misalnya jika campak                    disertai dengan komplikasi 
Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi memerluka rawat inap di rumah sakit.
Pencegahan
Imunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulanmerupakan pencegahan yang paling efektif. Vaksin campak berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Pemberian vaksin dengan cara intrakutan atau intramuskulardengan dosis 0,5 cc.
Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14 tahun, sedangkan untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisai paling sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun-tahun.

  1. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi atau imunokompromais adalah fungsi sistem imun yang menurun atau tidak berfungsi dengan baik. Fungsi masing-masing komponen sistem imun humoral maupun selular atau keduanya dapat terganggu baik oleh sebab congenital maupun sebab yang didapat. Keadaan imunodefisiensi  dapat terjadi disebabkan oleh berbagai hal, antara lain akibat infeksi (AIDS, virus mononucleosis, rubella, dan campak), penggunaan obat (steroid, penyinaran, kemoterapi, imunosupresi, serum anti-limfosit), neoplasma dan penyakit hematologik (limfoma/hodkin, leukemia, mieloma, neutropenia, anemia aplastik, anemia sel sabit), penyakit metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom nefrotik, diabetes mellitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka bakar, spienektomi, anestesi), lupus eritematosus sistemik, dan hepatitis kronis.

Berbagai mikroorganisme (kuman, virus, parasit, jamur) yang ada di lingkungan maupun yang sudah ada dalam tubuh penderita, yang dalam keadaan normal tidak patogenik atau memiliki patogenisitas rendah, dalam keadaan imunodefisiensi dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, penderita yang imunodefisiensi mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari tubuh sendiri maupun secara nasokomial disbanding dengan yang tidak imunodefisiensi.

Secara garis besar imunodefisiensi dibagi dalam dua golongan yaitu imunodefisiensi congenital dan imunodefisiensi yang didapat (acquired immune deficiencies).
1.    Imunodefisiensi Kongenital
Imunodefisiensi kongenital atau imunodefisiensi primer pada umumnya disebabkan oleh kelainan respon imun bawaan yang dapat berupa kelainan dari sistem fagosit dan komplemen atau kelainan dalam deferensiasi fungsi limfosit.

*     Penyakit dimana terjadi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putih:
§  Penyakit granumaltosa kronis
Penyakit granulomatosa kronis kebanyakan menyerang anak laki-laki dan terjadi akibat kelainan pada sel-sel darah putih yang menyebabkan terganggunya kemampuan mereka untuk membunuh bakteri dan jamur tertentu.
Penyebabnya, sel darah putih tidak menghasilkan hidrogen peroksida, superoksida dan zat kimia lainnya yang membantu melawan infeksi.
Gejala biasanya muncul pada masa kanak-kanak awal, tetapi bisa juga baru timbul pada usia belasan tahun.  Infeksi kronis terjadi pada kulit, paru-paru, kelenjar getah bening, mulut, hidung dan usus. Di sekitar anus, di dalam tulang dan otak bisa terjadi abses. Kelenjar getah bening cenderung membesar dan mengering. Hati dan limpa membesar. Pertumbuhan anak menjadi lambat.
Pengobatannya dengan memberikan antibiotik bisa membantu mencegah terjadinya infeksi. Suntikan gamma interferon setiap minggu bisa menurunkan kejadian infeksi. Pada beberapa kasus, pencangkokan sumsum tulang berhasi menyembuhkan penyakit ini.
*     Penyakit dimana terdapat kadar antibody yang rendah
§  X-linked agammaglobulinemia
Agammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki dan merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta sangat rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.
Bayi akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri (misalnya Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang tidak biasa di otak. Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnya bayi memiliki antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasal dari ibunya.
Jika tidak mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa menderita artritis.  Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita agar penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu mencegah infeksi. Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik.
Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dan cenderung menderita kanker.

§  Kekurangan antibody selektif, misalnya kekurangan IgA
Pada penyakit ini, kadar antibodi total adalah normal, tetapi terdapat kekurangan antibodi jenis tertentu.  Yang paling sering terjadi adalah kekurangan IgA. Kadang kekurangan IgA sifatnya diturunkan, tetapi penyakit ini lebih sering terjadi tanpa penyebab yang jelas.  Penyakit ini juga bisa timbul akibat pemakaian fenitoin (obat anti kejang).
Sebagian besar penderita kekurangan IgA tidak mengalami gangguan atau hanya mengalami gangguan ringan, tetapi penderita lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan menahun dan alergi.  Jika diberikan transfusi darah, plasma atau immunoglobulin yang mengandung IgA, beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-IgA, yang bisa menyebabkan reaksi alergi yang hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin berikutnya. Biasanya tidak ada pengobatan untuk kekurangan IgA.  Antibiotik diberikan pada mereka yang mengalami infeksi berulang.

§  Common variable immunodeficiency
Immunodefisiensi yang berubah-ubah terjadi pada pria dan wanita pada usia berapapun, tetapi biasanya baru muncul pada usia 10-20 tahun. Penyakit ini terjadi akibat sangat rendahnya kadar antibodi meskipun jumlah limfosit-B nya normal. Pada beberapa penderita limfosit T berfungsi secara normal, sedangkan pada penderita lainnya tidak.
Sering terjadi penyakit autoimun, seperti penyakit Addison, tiroiditis dan arhtritis reumathoid.  Biasanya terjadi diare dan makanan pada saluran pencernaan tidak diserap dengan baik. Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita.  Jika terjadi infeksi diberikan antibiotik.





*     Kelainan pada limfosit T
§  DiGeorge syndrome
DiGeorge syndrome terjadi akibat adanya kelainan pada perkembangan janin. Keadaan ini tidak diturunkan dan bisa menyerang anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak-anak tidak memiliki kelenjar thymus, yang merupakan kelenjar yang penting untuk perkembangan limfosit T yang normal. Tanpa limfosit T, penderita tidak dapat melawan infeksi dengan baik. Setelah lahir, akan terjadi infeksi berulang. Beratnya gangguan kekebalan sangat bervariasi. Kadang kelainannya bersifat parsial dan fungsi limfosit T akan membaik dengan sendirinya.
Anak-anak memiliki kelainan jantung dan gambaran wajah yang tidak biasa (telinganya lebih rendah, tulang rahangnya kecil dan menonjol serta jarak antara kedua matanya lebih lebar). Penderita juga tidak memiliki kelenjar paratiroid, sehingga kadar kalium darahnya rendah dan segera setelah lahir seringkali mengalami kejang.
Jika keadaannya sangat berat, dilakukan pencangkokan sumsum tulang. Bisa juga dilakukan pencangkokan kelenjar thymus dari janin atau bayi baru lahir (janin yang mengalami keguguran). Kadang kelainan jantungnya lebih berat daripada kelainan kekebalan sehingga perlu dilakukan pembedahan jantung untuk mencegah gagal jantung yang berat dan kematian, juga dilakukan tindakan untuk mengatasi rendahnya kadar kalsium dalam darah.


§  Kandidiasis mukokutaneus kronis
Kandidiasi mukokutaneus kronis terjadi akibat buruknya fungsi sel darah putih, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur Candida yang menetap pada bayi atau dewasa muda. Jamur ini bisa menyebabkan infeksi mulut (thrush), infeksi pada kulit kepala, kulit, dan kuku.
Penyakit ini agak lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya bervariasi. Beberapa penderita mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya memiliki kelainan endokrin (seperti hipoparatiroidisme). Infeksi internal oleh Candida jarang terjadi.
Biasanya infeksi bisa diobati dengan obat anti-jamur nistatin atau klotrimazol. Infeksi yang lebih berat memerlukan obat anti-jamur yang lebih kuat (misalnya ketokonazol per-oral atau amfoterisin B intravena). Kadang dilakukan pencangkokan sumsum tulang.
*     Kelainan pada limfosit T dan limfosit B
§  Wiskoott-aladrich syndrome
Sindrom Wiskott-Aldrich hanya menyerang anak laki-laki dan menyebabkan eksim, penurunan jumlah trombosit serta kekurangan limfosit T dan limfosit B yang menyebabkan terjadinya infeksi berulang.  Akibat rendahnya jumlah trombosit, maka gejala pertamanya bisa berupa kelainan perdarahan (misalnya diare berdarah).  Kekurangan limfosit T dan limfosit B menyebabkan anak rentan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur. Sering terjadi infeksi saluran pernafasan.
Anak yang bertahan sampai usia 10 tahun, kemungkinan akan menderita kanker (misalnya limfoma dan leukemia). Pengangkatan limpa seringkali bisa mengatasi masalah perdarahan, karena penderita memiliki jumlah trombosit yang sedikit dan trombosit dihancurkan di dalam limpa.  Antibiotik dan infus imunoglobulin bisa membantu penderita, tetapi pengobatan terbaik adalah dengan pencangkokan sumsum tulang.

§  Ataksia talangiektasia
Ataksia-telangiektasia adalah suatu penyakit keturunan yang menyerang sistem kekebalan dan sistem saraf.  Kelainan pada serebelum (bagian otak yang mengendalikan koordinasi) menyebabkan pergerakan yang tidak terkoordinasi (ataksia).  Kelainan pergerakan biasanya timbul ketika anak sudah mulai berjalan, tetapi bisa juga baru muncul pada usia 4 tahun. Anak tidak dapat berbicara dengan jelas, otot-ototnya lemah dan kadang terjadi keterbelakangan mental.
Telangiektasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran kapiler (pembuluh darah yang sangat kecil) di kulit dan mata. Telangiektasi terjadi pada usia 1-6 tahun, biasanya paling jelas terlihat di mata, telinga, bagian pinggir hidung dan lengan.  Sering terjadi pneumonia, infeksi bronkus dan infeksi sinus yang bisa menyebakan kelainan paru-paru menahun.  Kelainan pada sistem endokrin bisa menyebabkan ukuran buah zakar yang kecil, kemandulan dan diabetes.
Banyak anak-anak yang menderita kanker, terutama leukemia, kanker otak dan kanker lambung.  Antibiotik dan suntikan atau infus immunoglobulin bisa membantu mencegah infeksi tetapi tidak dapat mengatasi kelaianan saraf. Ataksia-telangiektasia biasanya berkembang menjadi kelemahan otot yang semakin memburuk, kelumpuhan, demensia, dan kematian.
2.    Imunodefisiensi dapatan (Acquired immune deficiency)
Imunodefisiensi dapatan ini disebabkan oleh berbagai factor antara lain infeksi virus yang dapat merusak sel limfosit, malnutrisi, penggunaan obat-obat sitotoksik dan kortikosteroid, serta akibat penyakit kanker seperti penyakit Hodgkin, leukemia, mieloma, limfositik kronik, dan lain-lain.

Contoh imunodefisiensi dapatan:
*     Penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
§  Penyebab
AIDS disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Diketahui terdapat dua jenis virus HIV, yaitu HIV 1 dan HIV 2. Kelainan sistem imun penderita AIDS ditandai dengan penurunan jumlah dan fungsi sel limfosit T-penolong (Th), peningkatan jumlah sel limfoid yang prematur dan peningkatan aktifitas sel T-penekan (Ts). Selain itu juga dijumpai adanya gangguan fagosit, dimana sel monosit dan makrofag tidak bisa berfungsi dengan baik. Seseorang yang terjangkit HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama 8 tahun atau lebih selama infeksi sebagian besar terbatas pada makrofag. Ketika virus mulai menyerang sel T helper, kondisi akan memburuk biasanya selama 2 sampai 5 tahun jika tidak diobati. Individu didiagnosis mengidap AIDS bila jumlah sel T menurun kurang dari 200 sel/μL, atau ketika terjadi infeksi oportunitis, kanker, atau demensia AIDS.

§  Gambaran klinis
-          Gejala mirip flu, termasuk demam ringan, nyeri badan, menggigil, dapat muncul beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah infeksi. Gejala menghilang setelah respons imun awal menurunkan jumlah partikel virus, walaupun virus tetap dapat bertahan pada sel-sel lain yang terinfeksi.
-          Selama periode laten, orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperlihatkan gejala, atau pada sebagian kasus mengalami limfadenofati (pembengkakan kelenjar getah bening) persisten.
-          Antara 2-10  tahun setelah infeksi HIV, sebagian besar pasien mulai mengalami berbagai infeksi oportunistik, bila tidak ditangani. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan munculnya AIDS dan berupa infeksi ragi pada vagina atau mulut, dan berbagai infeksi virus misalnya varisela zoster (cacar air dan cacar ular), sitomegalovirus, atau herpes simpleks persisten.  Wanita dapat menderita ragi kronik atau penyakit radang panggul.
-          Setelah terbentuk AIDS, sering terjadi infeksi saluran napas, oleh organisme oportunistik Pneumocystis carinii. Dapat timbul tuberkulosis yang resisten bermcam-macam obat karena pasien AIDS tidak mampu melakukan respons imun yang efektif untuk melawan bakteri, walaupun dibantu antibiotik. Pasien AIDS yang mengalami tuberkulosis  biasanya mengalami perjalanan penyakit yang cepat memburuk yang menyebabkan kematian dalam beberapa bulan. Penyakit biasanya cepat menyebar ke luar paru termasuk otak dan tulang.
-          Gejala pada sususnan saraf pusat adalah sakit kepala, defek motorik, kejang, perubahan kepribadian, dan demensia. Pasien dapat menjadi buta dan akhirnya koma. Banyak dari gejala tersebut timbulkarena infeksi bakteri dan virus oportunistik pada SSP, yang menyebabkan peradagan otak. HIV juga dapat secara langsung merusak sel-sel otak.
-          Diare dan berkurangnya lemak tubuh sering terjadi pada pasien AIDS. Diare terjadi akibat infeksi pada protozoa. Infeksi jamur (thrush) di mulut dan esophagus menyebabkan nyeri  hebat sewaktu menelan dan mengunyah, dan ikut berperan menyebabkan berkurangnya lemak dan gangguan pertumbuhan.
-          Berbagai kanker muncul pda pasien AIDS akibat tidak adanya respons imun selular terhadap sel-sel neoplastik. Kanker yang sebenarnya jarang dijumpai, sarcoma kaposi sering terjadi pada pasien AIDS. Sarkoma kaposi adalah kanker sistem vaskular yang ditandai oleh lesi kulit berwarna merah. Sebagian besar individu pengidap sarkoma kaposi terinfeksi melalui hubungan homoseks. Hasil riset terkini menunjukan bahwa ko-infeksi disertai virus herpes yang unik, human herpesvirus 8, memicu munculnya sarkoma kaposi. Human herpesvirus 8 jarang terjadi kecuali dikalangan homoseks Amerika Serikat.

Menurut WHO ada beberapa gejala dan tanda mayor, minor, dan tanda lainnya antara lain:
-          Tanda mayor
·         Kehilangan berat badan (BB)> 10%
·         Diarekronik >1 bulan
·         Demam >1 bulan
-          Tanda minor
·         Batuk menetap >1 bulan
·         Dermatitis pruritis (gatal)
·         Herpes zoster berulang
·         Kandidiasis orofaring
·         Herpes simpleks yang meluas dan berat
·         Limfadenopati yang meluas
-          Tanda lainnya
·         Sarkoma Kaposi yang meluas
·         Meningitis kriptokokoal

§  Penularan HIV
HIV ditularkan dari orang ke orang lain melalui pertukaran cairan tubuh (darah, semen, cairan vagina, air susu bagi ibu yang positif terjangkit). Urin dan isi saluran cerna tidak dianggap sebagai sumber penularan kecuali apabila jelas tampak mengandung darah. Air mata, air liur dan keringat mungkin mengandung virus, tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu rendah untuk menimbulkan infeksi.

Selain melalui cairan tubuh, HIV ditularkan melalui :
1. Ibu hamil (ASI)
2. Jarum suntik
3. Transfusi darah
4. Hubungan seksual

§  Pengobatan pada penderita HIV/AIDS
1.   Pengobatan suportif
2.  Diet sehat dan gaya hidup bebas stress, pendidikan untuk menghindari konsumsi alcohol, merokok, obat-obatan terlarang.
3.   Terapi retrovirus sangat aktif (highly active retroviral therapy, HAART) meliputi pemberian obat antivirus (azidothymidine/AZT) untuk anti kanker, dideoxynosine(DDI) pengurang toksik).

§  Pencegahan penyakit AIDS meliputi:
1.      Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka penderita AIDS.
2.      Mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang yang mempunyai banyak pasangan.
3.      Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.
4.      Melarang orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok beresiko tinggi untuk melakukan donor darah.
5.      Memberikan transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar memerlukan.
6.      Memastikan sterilitas alat suntik.

2 komentar:

  1. boleh minta daftar pustakanya..?

    BalasHapus
  2. coba deh brobat ke pak yusuf insyah allah lekas pulih no hp ny 085361675232

    BalasHapus