BAB
II
PEMBAHASAN
- Sistem
Imun
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
proses pertahanan atau imunitas tubuh terhadap senyawa makromolekular atau
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Zat asing yang masuk tersebut dapat
berupa virus, bakteri, protozoa, atau parasit lainnya. Di samping itu tubuh
juga dapat mengembangkan respon imun terhadap ptotein tertentu yang terdapat di
dalam tubuh sendiri yang disebut autoimunitas dan keberadaan sel yang tidak
dikehendaki, yaitu respon imunitas tubuh terhadap sel tumor.
Sistem imun bekerja untuk melindungi tubuh dari
infeksi oleh mikroorganisme, membantu proses penyembuhan dalam tubuh, dan
membuang atau memperbaiki sel yang rusak apabila terjadi infeksi atau cedera.
Sistem ini juga dapat mengidentifikasi sendiri faktor-faktor yang yang bukan
berasal dari dirinya (non self). Selain itu, sistem imun mengenali dan
mengeliminasi sel pejamu yang telah dipengaruhi oleh virus intrasel atau sel
kanker. Perubahan pada respons imun dapat menyebabkan timbulnya serangan terhadap
sel-sel tubuh sendiri, perkembangan kanker, atau ketidakmampuan berespons dan
menyembuhkan tubuh dari infeksi.
Sistem
imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara
diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada
benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen)
dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri.
Secara
garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral
dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody
(Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dan
lain-lain). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag,
limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme
pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid
(thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang
juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan
paru-paru. Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam
pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus,
bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah
putih) dihasilkan oleh thymus, lien, dan sumsum tulang.
Sistem imun dikontrol oleh sel darah putih
(leukosit). Sel darah putih befungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi dan
kanker serta membantu proses penyembuhan. Ada
dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme
yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali
yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan benda asing.
Sedangkan sel lainnya adalah neutrofil, eosonofil, basofil, monosit, dan
makrofag. Neutrofil bertugas melawan bakteri. Jika kadar neutrofil meningkat,
maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya. Eosinofil berperan dalam
respons alergi dan pertahanan terhadap infeksi parasit (helmintik). Sel-sel ini
mengakhiri respons peradangan, memfagositosis sisa-sisa sel dengan tingkat
rendah daripada neutrofil. Basofil bersirkulasi
dalam aliran darah mrengelurkan bahan alami anti pembekuan heparin, yang
memastikan bahwa jalur pembekuan dan koagulasi tidak terus berlangsung tanpa
pengawasan. Basofil juga terlibat dalam pembentukan respons alergik. Sel-sel
ini memiliki fungsi sangat mirip dengan sel mast, yaitu sel pencetus peradangan
jaringan tertentu. Monosit tidak bersifat fagositik, tetapi setelah beberapa
jam berada di jaringan sel ini berkembang matang menjadi makrofag. Makrofag
adalah sel besar yang mampu mencerna bakteri dan sisa sel dalam jumlah yang
sangat besar. Makrofag dapat memfagositosis sel darah merah dan sel darah putih
lain yang telah lisis.
Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu
limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di
dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum
tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T
mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfosit B berfungsi untuk mencari target
dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T
merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi
keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke
dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu
siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk
memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu
antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi
dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok
protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan
membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.
- Penyakit
Autoimun
Penyakit autoimun adalah kelainan tubuh yang
disebabkan oleh reaksi respon imun terhadap sel tubuh sendiri yang dianggap
sebagai antigen, sehingga menyebabkan kerusakan organ tubuh. Biasanya antibodi
yang menyerang diri sendiri ini bisa terbentuk karena adanya rangsangan virus
sebelumnya, sehingga antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan dapat
memberikan kerusakan organ pada tubuh kita. Gangguan autoimun dapat
mempengaruhi satu atau lebih organ atau jaringan. Organ dan jaringan yang
umumnya terkena oleh gangguan autoimun adalah sel darah merah, pembuluh darah,
jaringan ikat, kelenjar endokrin seperti tiroid atau pankreas, otot, sendi, dan
kulit.
Reaksi
autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
1.
Senyawa yang ada di
badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (disembunyikan dari sistem
kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah. Misalnya, pukulan ke mata
bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah. Cairan
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan
menyerangnya.
2.
Senyawa normal di
tubuh berubah. Misalnya oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Bahan
senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh.
Misalnya, virus bisa menulari dan mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh
virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
3.
Senyawa asing yang
menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh
dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan
asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai
beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem
kekebalan tubuh dapat menyerang jantung manusia sesudah sakit kerongkongan
(reaksi ini bagian dari deman reumatik).
4.
Sel yang mengontrol
produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin
rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa sel badan.
5.
Keturunan mungkin
terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. Pada orang yang rentan, satu pemicu
seperti infeksi virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan
berkembang. Faktor Hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan
autoimun lebih sering terjadi pada wanita.
Contoh-contoh
penyakit autoimun, diantaranya:
1.
Hepatitis oleh
virus hepatitis C
Penyakit
hepatitis akibat serangan virus hepatitis C terjadi akibat antibody menyerang
tubuh sendiri. Antibody tersebut semula dibuat sebagai respon tubuh terhadap
paparan antigen antara lain virus, akan tetapi sekuen asam amino dari protein
virus mirip dengan sekuen protein dari jaringan tubuh, sehingga antibody yang
ada dapat merusak jaringan tubuh sendiri.
2.
Graves’disease (gangguan autoimun yang
mengarah ke kelenjar tiroid hiperaktif)
Penyakit
Graves timbul sebagai akibat dari produksi antibody yang merangsang tiroid.
Mekanisme respon autoimun yang terjadi pada penyakit graves, melibatkan reaksi
antibody yang disebut dengan long acting
thyroid stimulator bereaksi dengan reseptor thyroid stimulating hormone yang terdapat pada pemukaan kelenjar
tiroid, sehingga meningkatkan produksi hormone tiroid yang berlebihan.
3.
Myasthenia gravis
(gangguan neuromuskuler yang melibatkan
otot dan saraf)
Penyakit
myasthenia gravis merupakan penyakit autoimun yang mengakibatkan kelemahan otot
secara progresif. Hal ini disebabkan karena antibody menutupi reseptor
asetilkolin dengan immunoglobulin dapat mencegah penerimaan impuls saraf, yang
dalam keadaan normal disalurkan oleh molekul asetilkolin, sehingga menimbulkan
kelemahan otot. Apabila otot yang diserang adalah otot diafragma. Maka
diafragma tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga dapat menyebabkan
kegagalan pernafasan dan kematian.
4. Systemic
lupus erythematosus/SLE (gangguan
autoimun kronis, yang mempengaruhi kulit, sendi, ginjal, dan organ lainnya)
Definisi
Penyakit
lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus
erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam
tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya
antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Lupus atau systemic lupus
erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit
hitam, cina, dan filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda
dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan
perbandingan wanita dan laki-laki 5:1.
Penyebab
Penyebab
dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas, akan tetapi
pada beberapa penderita ditemukan antibody yang spesifik terhadap beberapa
komponen tubuhnya sendiri termasuk terhadap DNA, yang diduga dilepaskan pada
saat penghancuran sel atau jaringan secara normal, terutama sel-sel kulit. Pada
penderita yang secara genetik menunjukkan predisposisi untuk penyakit SLE,
dijumpai gangguan sistem regulasi sel T dan fungsi sel B yang dapat diinduksi
oleh beberapa faktor. Selain faktor genetik yang abnormal, lingkungan juga
berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki
gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga
kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian
kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
Gejala
Gejala
yang umum dijumpai adalah:
§ Kulit
yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan.
§ Gejala
umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan
pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa
remisi (nonaktif) menghilang.
§ Pada
kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu.
Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul
di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya
gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala
saja, harus dicurigai mengidap Lupus.
§ Anemia
yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit lupus
ini.
§ Rambut
yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan.
§ Sistem
imun kadang merespons secara berlebihan atau hipereaktif terhadap suatu benda
asing sehingga antigen yang masuk ini disebut alergen dan bisa menumbulkan
gejala seperti bengkak, mata berair, pilek alergi, bahkan bisa menimbulkan
reaksi alergi hebat yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis. Berbagai
macam reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim, pilek
alergi, batuk alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin.
§ Jumlah
antibodi bisa diukur secara tak langsung dengan jumlah CD4. Jika jumlahnya
kurang maka dicurigai seseorang mempunyai penyakit immunocompromized dimana
daya tahan tubuhnya sangat rendah, hal ini bisa terjadi pada orang yang terkena
HIV/AIDS, dan non HIV (pengguna kortikosteroid lama, individu yang terkena
kanker,penyakit kronik seperti gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, dan
lain-lain).
5.
Reumatoid arthritis
(radang
sendi)
Rheumatoid
arthritis merupakan kelainan sendi yang disebabkan oleh reaksi kompleks imun
antara IgM, IgG, dan komplemen pada persendian. Reaksi kompleks imun yang
terjadi antara faktor rheumatoid dengan bagian Fc-IgG yang ditimbun pada sendi
sinovia akan mengaktifkan system komplemen dan melepas mediator kemotaksis
terhadap granulosit. Respon inflamasi yang disertai permiabilitas vaskuler
menimbulkan pembengkakan sendi dan sakit bila eksudat bertambah banyak. Senyawa
enzimatik yang dilepas oleh neutrofil segera memecah kolagen dan tulang rawan
sendi yang menimbulkan destruksi permukaan sendi sehingga mengganggu fungsi
normal sendi. Akibat inflamasi yang berulang dapat terjadi penimbunan fibrin
dan penggantian tulang rawan oleh jaringan ikat, sehingga sendi sulit
digerakkan.
6.
Multiple sclerosis (gangguan autoimun
yang mempengaruhi otak dan sistem saraf pusat tulang belakang)
Definisi
Penyakit
multiple sclerosis merupakan salah satu contoh reaksi autoimun dimana sel T dan
makrofag dapat merusak sel-sel saraf.
Penyebab
Penyebab
penyakit ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi secara epidemiologi
diduga bahwa beberapa jenis mikroorganisme pathogen terlibat dalam proses
perjalanan penyakit. Infeksi virus Epstein-Barr seringkali disebut sebagai
penyebab utamanya.
Gejala
Gejala
penyakit ini sangat beragam mulai dari kelelahan yang kronis sampai kelumpuhan
(paralysis). Perkembangan penyakit ini sangat lambat dan dapat berlangsung
selama bertahun-tahun.
Pengobatan
Belum
ditemukan obat untuk mengatasi kondisi penderita, akan tetapi pemberian
interferon dan beberapa obat untuk memperbaiki system imunitas dapat memperlambat
keparahan penyakit.
7.
Diabetes mellitus
tipe I
Penyakit
autoimun lainnya yaitu diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (insulin dependent diabetes mellitus).
Melalui mekanisme reaksi yang sama, respon imun seluler dapat merusak sel-sel
pancreas yang mensekresi insulin. Kerusakan sel pancreas dapat mengakibatkan
penyakit diabetes yang selalu tergantung pada insulin.
8.
Varisela
Definisi
Varisela adalah infeksi virus akut yang ditandai
dengan adanya vesikel pada kulit yang sangat menular. Penyakit ini disebut juga
chicken pox, cacar air, atau varisela zoster. Varisela disebabkan oleh
Herpesvirus varicellae atau Human (alpha) herpes virus-3 (HHV3). Penyakit ini menyerang
semua usia, kekebalan varisela berlangsung seumur hidup setelah
seseorang terkena penyakit ini satu kali.
Penularan
varisela
Varisela
ditularkan melalui kontak langsung (cairan vesikel) dan droplet. Penularan
melalui kontak serumah sangat tinggi, temuan di Amerika
Serikat melaporkan 90% serangan sekunder terjadi pada kontak di rumah tangga.
Penularan lainnya adalah pada saat pasien mengalami viremia (adanya virus di
dalam darah), penyakit ini bisa ditularkan melalui plasenta dan transfusi
darah. Infeksi varisela sering terjadi pada saat pergantian musim, di Indonesia
varisela diduga sering terjadi pada saat pergantian musim hujan ke musim panas
atau sebaliknya. Disebutkan bahwa tingkat penularannya lebih tinggi daripada
parotitis (radang kelenjar parotis/gondongan) tetapi lebih rendah bila
dibandingkan dengan penularan campak.
Gejala
dan tanda
Masa
inkubasi varisela sekitar 11-21 hari, dengan rata-rata 13-17 hari. Perbedaan
varisela dengan herpes zoster adalah bahwa lokasi vesikel pada herpes zoster
sesuai dengan lokasi susunan saraf. Terdapat dua stadium perjalanan penyakit:
§ Stadium
prodromal
Dua
minggu setelah infeksi akan timbul demam, malaise, anoreksia, dan nyeri kepala.
§ Stadium
erupsi
Sat
sampai tiga hari kemudian akan muncul ruam atau macula kemerahan, papula segera
berubah menjadi vesikel yang khas berbentuk seperti tetesan air. Vesikel akan
menjadi pustule (cairan jernih berubah menjadi keruh) yang pecah menjadi krusta
dan dalam waktu sekitar 12 jam. Vesikel mulai muncul di muka atau mukosa yang
cepat menyebar ke tubuh dengan anggata gerak menimbulkan gejala gatal. Komplikasi
yang sering timbul adalah pneumonia, ensefalitis, dan infeksi sekunder pada
krusta oleh bakteri.
Pengobatan
Pada
penderita dengan daya tahan tubuh yang baik akan muncul gejala ringan dan
sembuh sendiri (self limited). Pasien dapat diberi antihistamin atau anti
gatal, antivirus asiklovir atau vidarabin, antibiotik bila ada indikasi infeksi
bakteri dan multivitamin.
Pencegahan
Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
§ Mengisolasi
penderita.
§ Meningkatkan
izin ”kontak” yang serumah dengan penderita.
§ Memberikan
penyuluhan tentang penyakit.
§ Imunisasi
(saat ini masih mahal).
9. Campak
Campak
adalah suatu penyakit akut yang menular
disebabkan oleh morbili virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau
measles. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivis
yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak basanya
menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sampai sedang. Penyakit ini
dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat eradangan otak
(ensefalitis).
Penyakit
campak disebabkan oleh virus campak,dari family Paramyxovirus, genus
Morbilivirus. Virus ini adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai satu
antigen. Struktur virus ini mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan
parainfluenza. Setelah timbulya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada
secret nasofaring,darah,dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar.
Virus
campak dapat bertahan selama beberaa
hari pada tmperatur 0⁰C
dan selama 15 minggu pada sediaan beku. Diluar tubuh manusia virus ini mudah
mati.pada suhu kamar sekalipun,virus ini akan kehilangan infektivitasnya
sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus inimudah hancur oleh sinar ultraviolet.
Di
Indonesia campak masih menemati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi
dan balita (1-4 tahun) berdasrkan laporan SKRT tahun 1985/1986. Kasus luar
biasa masih terus dilaporkan,dilaporkan terjadi kasus luar biasa di pulau
Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian sekitar 12%,kasus luar biasa di
Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981
(Case Fatality Rate, CFR/anka kematian=15%), dan kasus luar biasa di Palembang,
Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003, di Semarang masi
tercartat terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0%.
Angka
kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.0000 kasus per tahun yang dilaporkan, meskipun pada
kenyataan hampir semua anak setelah usia balita pernah terserang campak. Pada
zaman dahulu ada anggapan bahwa setiapanak harus terkena campak sehingga tidak
perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyakit ini akan sembuh sendiri
bila ruam merah pad kulit sudah timbul, yang berakibat ada usaha-usaha untuk
mempercepat timbulnya ruam. Mereka beranggapan bahwa kalau ruam tidak keluar ke
kulit, penyakit ini akan menyerang ke dalam tubuh dan menimbulkan yang lebih
fatal daripada penyakitnya sendiri.
Campak
biasanya menyerang anak berusia 5-10 tahun sebelum penggunaan vaksin campak.
Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), penyakit ini sering menyerang anak
usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil, atau
mereka yang diimunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan. Peneltian di
rumah sakit selama tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling banyak
terjadi pada usia balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%),
diikuti bayi (17,6%), anak usia 1 tahun(15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia
4 tahun (8,2%).
Angka
kematian terus menurun dari waktu ke waktu. Menurut laporan Balitbangkes di
Sukabumi pada tahun 1982, CFR campak sebesar 0,65% dan di banyak provinsi
ditemukan CFR antara 0,76-1,4%.
Penularan
Virus
campak mudah menuarkan penyakit. Virulensinya sangat tinggiterutama pada anak
yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hamper 90% anak rentan akan
tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1
hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam. Masa
inkubasinya anatara 10-12 hari.
Ibu
yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada jann yang
dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bias bertahan sampai bayinya
berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya
sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari
setelah infeksi campak sampai puncak titer sekitar 21 hari, igM akan terbentuk
dan akan cepat menghilang untuk kemudian digantikan oleh igG. Adanya karier
campak sampai sekarang tidak terbukti.
Cakupan
imunisasi campak lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelompok (herd
immunity) yang akan menyebabkan penurunan kasus campak di masyarakat.
Gejala
dan tanda
Sekitar
10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti dengan
koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak dikategorikan
dalam tiga stadium.
1.
Stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari.
2.
Stadium masa prodromal, yaitu munculnya demam ringan sampai sedang, batuk yang
makin berat, koriza, peradangan mata, dan munculnya enantema atau bercak koplik
yang khas pada campak yaitu bercak putih pada mukosa pipi.
3.
Stadium akhir, ditandai demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam kulit kemerahan
yang dimuai dari belakang telinga dan kemudian menyebar ke leher, muka, tubuh, dan
anggota gerak.
Dua
hari kenmudian biasanya suhu akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam
kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap) dan
mungkin mengelupas. Penderita akan tampak sehat bila tidak disertai komplikasi.
Kompikasi yang sering terjadi adala konjungtivis, bronkopneumonia, radang
telinga tengah, dan peradangan otak.
Pengobatan
Pengobatan
campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan kalori yang cukup.
Obat simtomatik yang perlu diberikan antara lain:
1.
Anti demam
2.
Antibiotik
3.
Vitamin A
4.
Antibiotik diberikan bila ada indikasi,misalnya jika campak disertai dengan
komplikasi
Pasien
tanpa komplikasi dapat berobat jalan di puskesmas atau unit pelayanan kesehatan
lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi memerluka rawat inap di rumah
sakit.
Pencegahan
Imunisasi
campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulanmerupakan pencegahan yang paling
efektif. Vaksin campak berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Pemberian
vaksin dengan cara intrakutan atau intramuskulardengan dosis 0,5 cc.
Pemberian
imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14 tahun, sedangkan
untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisai paling sedikit 80% per
wilayah secara merata selama bertahun-tahun.
- Imunodefisiensi
Imunodefisiensi atau imunokompromais adalah
fungsi sistem imun yang menurun atau tidak berfungsi dengan baik. Fungsi
masing-masing komponen sistem imun humoral maupun selular atau keduanya dapat
terganggu baik oleh sebab congenital maupun sebab yang didapat. Keadaan
imunodefisiensi dapat terjadi disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain akibat infeksi (AIDS, virus mononucleosis,
rubella, dan campak), penggunaan obat (steroid, penyinaran, kemoterapi,
imunosupresi, serum anti-limfosit), neoplasma dan penyakit hematologik
(limfoma/hodkin, leukemia, mieloma, neutropenia, anemia aplastik, anemia sel
sabit), penyakit metabolik (enteropati dengan kehilangan protein, sindrom
nefrotik, diabetes mellitus, malnutrisi), trauma dan tindakan bedah (luka
bakar, spienektomi, anestesi), lupus eritematosus sistemik, dan hepatitis
kronis.
Berbagai mikroorganisme (kuman, virus, parasit,
jamur) yang ada di lingkungan maupun yang sudah ada dalam tubuh penderita, yang
dalam keadaan normal tidak patogenik atau memiliki patogenisitas rendah, dalam
keadaan imunodefisiensi dapat menjadi invasif dan menimbulkan berbagai
penyakit. Oleh karena itu, penderita yang imunodefisiensi mempunyai risiko yang
lebih tinggi terhadap infeksi yang berasal dari tubuh sendiri maupun secara
nasokomial disbanding dengan yang tidak imunodefisiensi.
Secara garis besar imunodefisiensi dibagi dalam
dua golongan yaitu imunodefisiensi congenital dan imunodefisiensi yang didapat
(acquired immune deficiencies).
1.
Imunodefisiensi
Kongenital
Imunodefisiensi kongenital atau imunodefisiensi primer
pada umumnya disebabkan oleh kelainan respon imun bawaan yang dapat berupa
kelainan dari sistem fagosit dan komplemen atau kelainan dalam deferensiasi
fungsi limfosit.
Penyakit
dimana terjadi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putih:
§ Penyakit
granumaltosa kronis
Penyakit
granulomatosa kronis kebanyakan menyerang anak laki-laki dan terjadi akibat
kelainan pada sel-sel darah putih yang menyebabkan terganggunya kemampuan
mereka untuk membunuh bakteri dan jamur tertentu.
Penyebabnya,
sel darah putih tidak menghasilkan hidrogen peroksida, superoksida dan zat
kimia lainnya yang membantu melawan infeksi.
Gejala
biasanya muncul pada masa kanak-kanak awal, tetapi bisa juga baru timbul pada
usia belasan tahun. Infeksi kronis terjadi pada kulit, paru-paru,
kelenjar getah bening, mulut, hidung dan usus. Di sekitar anus, di dalam tulang
dan otak bisa terjadi abses. Kelenjar getah bening cenderung membesar dan mengering.
Hati dan limpa membesar. Pertumbuhan anak menjadi lambat.
Pengobatannya
dengan memberikan antibiotik bisa membantu mencegah terjadinya infeksi.
Suntikan gamma interferon setiap minggu bisa menurunkan kejadian infeksi. Pada
beberapa kasus, pencangkokan sumsum tulang berhasi menyembuhkan penyakit ini.
Penyakit
dimana terdapat kadar antibody yang rendah
§ X-linked
agammaglobulinemia
Agammaglobulinemia
X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki dan
merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta
sangat rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.
Bayi
akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri
(misalnya Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang
tidak biasa di otak. Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan
karena sebelumnya bayi memiliki antibodi perlindungan di dalam darahnya yang
berasal dari ibunya.
Jika
tidak mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga
bisa menderita artritis. Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan
selama hidup penderita agar penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu
mencegah infeksi. Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik.
Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia
X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dan
cenderung menderita kanker.
§ Kekurangan
antibody selektif, misalnya kekurangan IgA
Pada
penyakit ini, kadar antibodi total adalah normal, tetapi terdapat kekurangan
antibodi jenis tertentu. Yang paling sering terjadi adalah kekurangan
IgA. Kadang kekurangan IgA sifatnya diturunkan, tetapi penyakit ini lebih
sering terjadi tanpa penyebab yang jelas. Penyakit ini juga bisa timbul
akibat pemakaian fenitoin (obat anti kejang).
Sebagian besar penderita kekurangan IgA tidak
mengalami gangguan atau hanya mengalami gangguan ringan, tetapi penderita
lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan menahun dan alergi. Jika
diberikan transfusi darah, plasma atau immunoglobulin yang mengandung IgA,
beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-IgA, yang bisa menyebabkan reaksi
alergi yang hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin berikutnya.
Biasanya tidak ada pengobatan untuk kekurangan IgA. Antibiotik diberikan
pada mereka yang mengalami infeksi berulang.
§ Common
variable immunodeficiency
Immunodefisiensi
yang berubah-ubah terjadi pada pria dan wanita pada usia berapapun, tetapi
biasanya baru muncul pada usia 10-20 tahun. Penyakit ini terjadi akibat sangat
rendahnya kadar antibodi meskipun jumlah limfosit-B nya normal. Pada beberapa
penderita limfosit T berfungsi secara normal, sedangkan pada penderita lainnya
tidak.
Sering terjadi penyakit autoimun, seperti
penyakit Addison , tiroiditis dan arhtritis
reumathoid. Biasanya terjadi diare dan makanan pada saluran pencernaan
tidak diserap dengan baik. Suntikan atau infus immunoglobulin diberikan selama
hidup penderita. Jika terjadi infeksi diberikan antibiotik.
Kelainan
pada limfosit T
§ DiGeorge
syndrome
DiGeorge
syndrome terjadi akibat adanya kelainan pada perkembangan janin. Keadaan ini
tidak diturunkan dan bisa menyerang anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak-anak
tidak memiliki kelenjar thymus, yang merupakan kelenjar yang penting untuk
perkembangan limfosit T yang normal. Tanpa limfosit T, penderita tidak dapat
melawan infeksi dengan baik. Setelah lahir, akan terjadi infeksi berulang.
Beratnya gangguan kekebalan sangat bervariasi. Kadang kelainannya bersifat
parsial dan fungsi limfosit T akan membaik dengan sendirinya.
Anak-anak
memiliki kelainan jantung dan gambaran wajah yang tidak biasa (telinganya lebih
rendah, tulang rahangnya kecil dan menonjol serta jarak antara kedua matanya
lebih lebar). Penderita juga tidak memiliki kelenjar paratiroid, sehingga kadar
kalium darahnya rendah dan segera setelah lahir seringkali mengalami kejang.
Jika
keadaannya sangat berat, dilakukan pencangkokan sumsum tulang. Bisa juga
dilakukan pencangkokan kelenjar thymus dari janin atau bayi baru lahir (janin
yang mengalami keguguran). Kadang kelainan jantungnya lebih berat daripada
kelainan kekebalan sehingga perlu dilakukan pembedahan jantung untuk mencegah
gagal jantung yang berat dan kematian, juga dilakukan tindakan untuk mengatasi
rendahnya kadar kalsium dalam darah.
§ Kandidiasis
mukokutaneus kronis
Kandidiasi
mukokutaneus kronis terjadi akibat buruknya fungsi sel darah putih, yang
menyebabkan terjadinya infeksi jamur Candida yang menetap pada bayi atau dewasa
muda. Jamur ini bisa menyebabkan infeksi mulut (thrush), infeksi pada kulit
kepala, kulit, dan kuku.
Penyakit
ini agak lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya bervariasi. Beberapa
penderita mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya
memiliki kelainan endokrin (seperti hipoparatiroidisme). Infeksi internal oleh
Candida jarang terjadi.
Biasanya
infeksi bisa diobati dengan obat anti-jamur nistatin atau klotrimazol. Infeksi
yang lebih berat memerlukan obat anti-jamur yang lebih kuat (misalnya
ketokonazol per-oral atau amfoterisin B intravena). Kadang dilakukan
pencangkokan sumsum tulang.
Kelainan
pada limfosit T dan limfosit B
§ Wiskoott-aladrich
syndrome
Sindrom
Wiskott-Aldrich hanya menyerang anak laki-laki dan menyebabkan eksim, penurunan
jumlah trombosit serta kekurangan limfosit T dan limfosit B yang menyebabkan
terjadinya infeksi berulang. Akibat rendahnya jumlah trombosit, maka
gejala pertamanya bisa berupa kelainan perdarahan (misalnya diare
berdarah). Kekurangan limfosit T dan limfosit B menyebabkan anak rentan
terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur. Sering terjadi infeksi saluran
pernafasan.
Anak yang bertahan sampai usia 10 tahun,
kemungkinan akan menderita kanker (misalnya limfoma dan leukemia). Pengangkatan
limpa seringkali bisa mengatasi masalah perdarahan, karena penderita memiliki
jumlah trombosit yang sedikit dan trombosit dihancurkan di dalam limpa. Antibiotik
dan infus imunoglobulin bisa membantu penderita, tetapi pengobatan terbaik
adalah dengan pencangkokan sumsum tulang.
§ Ataksia
talangiektasia
Ataksia-telangiektasia
adalah suatu penyakit keturunan yang menyerang sistem kekebalan dan sistem
saraf. Kelainan pada serebelum (bagian otak yang mengendalikan
koordinasi) menyebabkan pergerakan yang tidak terkoordinasi (ataksia).
Kelainan pergerakan biasanya timbul ketika anak sudah mulai berjalan, tetapi
bisa juga baru muncul pada usia 4 tahun. Anak tidak dapat berbicara dengan
jelas, otot-ototnya lemah dan kadang terjadi keterbelakangan mental.
Telangiektasi
adalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran kapiler (pembuluh darah yang
sangat kecil) di kulit dan mata. Telangiektasi terjadi pada usia 1-6 tahun,
biasanya paling jelas terlihat di mata, telinga, bagian pinggir hidung dan
lengan. Sering terjadi pneumonia, infeksi bronkus dan infeksi sinus yang
bisa menyebakan kelainan paru-paru menahun. Kelainan pada sistem endokrin
bisa menyebabkan ukuran buah zakar yang kecil, kemandulan dan diabetes.
Banyak
anak-anak yang menderita kanker, terutama leukemia, kanker otak dan kanker
lambung. Antibiotik dan suntikan atau infus immunoglobulin bisa membantu
mencegah infeksi tetapi tidak dapat mengatasi kelaianan saraf.
Ataksia-telangiektasia biasanya berkembang menjadi kelemahan otot yang semakin
memburuk, kelumpuhan, demensia, dan kematian.
2.
Imunodefisiensi
dapatan (Acquired
immune deficiency)
Imunodefisiensi dapatan ini disebabkan oleh
berbagai factor antara lain infeksi virus yang dapat merusak sel limfosit,
malnutrisi, penggunaan obat-obat sitotoksik dan kortikosteroid, serta akibat
penyakit kanker seperti penyakit Hodgkin, leukemia, mieloma, limfositik kronik,
dan lain-lain.
Contoh imunodefisiensi dapatan:
Penyakit
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
§ Penyebab
AIDS disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Diketahui
terdapat dua jenis virus HIV, yaitu HIV 1 dan HIV 2. Kelainan sistem imun
penderita AIDS ditandai dengan penurunan jumlah dan fungsi sel limfosit
T-penolong (Th), peningkatan jumlah sel limfoid yang prematur dan peningkatan
aktifitas sel T-penekan (Ts). Selain itu juga dijumpai adanya gangguan fagosit,
dimana sel monosit dan makrofag tidak bisa berfungsi dengan baik. Seseorang yang
terjangkit HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama 8
tahun atau lebih selama infeksi sebagian besar terbatas pada makrofag. Ketika
virus mulai menyerang sel T helper, kondisi akan memburuk biasanya selama 2
sampai 5 tahun jika tidak diobati. Individu didiagnosis mengidap AIDS bila
jumlah sel T menurun kurang dari 200 sel/μL, atau ketika terjadi infeksi
oportunitis, kanker, atau demensia AIDS.
§ Gambaran
klinis
-
Gejala mirip flu, termasuk
demam ringan, nyeri badan, menggigil, dapat muncul beberapa minggu sampai beberapa
bulan setelah infeksi. Gejala menghilang setelah respons imun awal menurunkan
jumlah partikel virus, walaupun virus tetap dapat bertahan pada sel-sel lain
yang terinfeksi.
-
Selama periode
laten, orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperlihatkan gejala, atau pada
sebagian kasus mengalami limfadenofati (pembengkakan kelenjar getah bening)
persisten.
-
Antara 2-10 tahun setelah infeksi HIV, sebagian besar
pasien mulai mengalami berbagai infeksi oportunistik, bila tidak ditangani. Penyakit-penyakit
ini mengisyaratkan munculnya AIDS dan berupa infeksi ragi pada vagina atau
mulut, dan berbagai infeksi virus misalnya varisela zoster (cacar air dan cacar
ular), sitomegalovirus, atau herpes simpleks persisten. Wanita dapat menderita ragi kronik atau
penyakit radang panggul.
-
Setelah terbentuk
AIDS, sering terjadi infeksi saluran napas, oleh organisme oportunistik
Pneumocystis carinii. Dapat timbul tuberkulosis yang resisten bermcam-macam
obat karena pasien AIDS tidak mampu melakukan respons imun yang efektif untuk
melawan bakteri, walaupun dibantu antibiotik. Pasien AIDS yang mengalami
tuberkulosis biasanya mengalami
perjalanan penyakit yang cepat memburuk yang menyebabkan kematian dalam
beberapa bulan. Penyakit biasanya cepat menyebar ke luar paru termasuk otak dan
tulang.
-
Gejala pada
sususnan saraf pusat adalah sakit kepala, defek motorik, kejang, perubahan
kepribadian, dan demensia. Pasien dapat menjadi buta dan akhirnya koma. Banyak
dari gejala tersebut timbulkarena infeksi bakteri dan virus oportunistik pada
SSP, yang menyebabkan peradagan otak. HIV juga dapat secara langsung merusak
sel-sel otak.
-
Diare dan
berkurangnya lemak tubuh sering terjadi pada pasien AIDS. Diare terjadi akibat
infeksi pada protozoa. Infeksi jamur (thrush) di mulut dan esophagus
menyebabkan nyeri hebat sewaktu menelan
dan mengunyah, dan ikut berperan menyebabkan berkurangnya lemak dan gangguan
pertumbuhan.
-
Berbagai kanker
muncul pda pasien AIDS akibat tidak adanya respons imun selular terhadap sel-sel
neoplastik. Kanker yang sebenarnya jarang dijumpai, sarcoma kaposi sering
terjadi pada pasien AIDS. Sarkoma kaposi adalah kanker sistem vaskular yang
ditandai oleh lesi kulit berwarna merah. Sebagian besar individu pengidap
sarkoma kaposi terinfeksi melalui hubungan homoseks. Hasil riset terkini
menunjukan bahwa ko-infeksi disertai virus herpes yang unik, human herpesvirus
8, memicu munculnya sarkoma kaposi. Human herpesvirus 8 jarang terjadi kecuali
dikalangan homoseks Amerika Serikat.
Menurut WHO ada beberapa gejala dan tanda mayor,
minor, dan tanda lainnya antara lain:
-
Tanda mayor
·
Kehilangan berat
badan (BB)> 10%
·
Diarekronik >1
bulan
·
Demam >1 bulan
-
Tanda minor
·
Batuk menetap >1
bulan
·
Dermatitis pruritis
(gatal)
·
Herpes zoster
berulang
·
Kandidiasis orofaring
·
Herpes simpleks
yang meluas dan berat
·
Limfadenopati yang
meluas
-
Tanda lainnya
·
Sarkoma Kaposi yang
meluas
·
Meningitis
kriptokokoal
§ Penularan
HIV
HIV ditularkan dari orang ke orang lain melalui
pertukaran cairan tubuh (darah, semen, cairan vagina, air susu bagi ibu yang
positif terjangkit). Urin dan isi saluran cerna tidak dianggap sebagai sumber
penularan kecuali apabila jelas tampak mengandung darah. Air mata, air liur dan
keringat mungkin mengandung virus, tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu rendah
untuk menimbulkan infeksi.
Selain melalui cairan tubuh, HIV
ditularkan melalui :
1. Ibu hamil (ASI)
2. Jarum suntik
3. Transfusi darah
4. Hubungan seksual
§ Pengobatan
pada penderita HIV/AIDS
1. Pengobatan suportif
2. Diet sehat dan gaya hidup bebas stress, pendidikan untuk
menghindari konsumsi alcohol, merokok, obat-obatan terlarang.
3. Terapi retrovirus sangat aktif (highly
active retroviral therapy, HAART) meliputi pemberian obat antivirus
(azidothymidine/AZT) untuk anti kanker, dideoxynosine(DDI) pengurang toksik).
§ Pencegahan
penyakit AIDS meliputi:
1.
Menghindari
hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka penderita AIDS.
2.
Mencegah hubungan
seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang yang mempunyai
banyak pasangan.
3.
Menghindari
hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.
4.
Melarang
orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok beresiko tinggi untuk melakukan
donor darah.
5.
Memberikan
transfusi darah hanya untuk pasien yang benar-benar memerlukan.
6.
Memastikan sterilitas
alat suntik.
boleh minta daftar pustakanya..?
BalasHapuscoba deh brobat ke pak yusuf insyah allah lekas pulih no hp ny 085361675232
BalasHapus