BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Acquired Imune difecienci Syndrome (AIDS)
adalah ssuatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan
penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Peyakit ini disebabkan
oleh human immune difeciency virus
(HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena daam waktu yang
relative singkat terjadi peningkatan pasien dan makin banyak melanda banyak
Negara. Sampai saat ini belu ditemukan vaksin atau obat yang relative efektif
untuk aids sehingg menimbulkan keresahan di dunia. Selain berdampak negative
pada bidang medis, aids juga berdampak negative pada bidang lainnya seperti
ekonomi, politik, Erika, dan moral.
Dasar
penyusunan makalah ini untuk menjabarkan lebih jelas tentang HIV dan AID,
sehingga dapat dipelajari khususya oleh seorang perawat dan umumnya untuk kita
semua.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Apa yang
dimaksud dengan HIV AIDS ?
2. Bagaimana sejarah penemuan dan perkembangan HIV AIDS?
3. Bagaimana
etiologi, patofisiologi dari HIV AIDS?
4. Bagaimana tanda
gejala, dan penularan HIV AIDS?
5. Bagaimana cara
penanggulangan HIV AIDS?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu :
1.
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah system imun dan
hematologi
2.
Menjelaskan materi mengenai HIV AIDS.
3.
Menjelaskan bagaimana cara menanggulangi HIV AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
2.1.1 Sejarah Penemuan
HIV
Virus penyebab AIDS atau retrovirus ini
pertama kali ditemukan oleh Luc Montagnier dari institut pasteur Prancis tahun
1984 yang diberi nama lympadenopathy
associated virus (LAV). Pada tahun 1984 Robert Gallo dari National Cancer
Institute Amerika Serikat, mengidentifikasi retrovirus dari penderita AIDS di
Amerika Serikat dan diberi nama Human T-lymphotropic virus tipe 3 (HTLV-3).
Berkat penemuan virus HIV tersebut keduanya mendapat hadiah Nobel pada tahun
2008. Pada tahun 1985 nama lympadenophaty-AIDS virus (LAV/HTLV-3). Berdasarkan
sifat dan analisis sekuen asal nukleat genom virus penyebab AIDS yang mereka
temukan tersebut, ternyata merupakan virus yang identik. Karena itu pada tahun
1986 International Commitee on Taxonomy of Viruses, memberi nama retrovirus
penyebab AIDS dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV bersifat subklinis, sehingga
sulit untuk mengetahui dengan jelas bahwa seseorang telah tertular HIV. Masa
inkubasi infeksi HIV membutuhkan waktu yang cukup panjang, antara 5-10 tahun hingga
munculnya suatu gejala penyakit yang disebut full blown AIDS.
Pandemi AIDS telah berlangsung selama 30
tahun sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1981. Insiden AIDS di seluruh
dunia sekitar 3 juta penderita setiap tahunnya dan lebih dari 30 juta orang
telah meninggal akibat AIDS. Saat ini sedikitnya 34 juta orang mengidap HIV dan
lebih dari 14 ribu orang terinfeksi tiap hari. Terdapat
2 tipe dari virus HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2, yang masing-masing dapat
menyebabkan penyakit AIDS, walaupun biasanya waktu yang dibutuhkan HIV-2 untuk
menimbulkan gejala AIDS klinik lebih lama daripada HIV-1. Epidemi HIV di dunia
disebabkan oleh HIV-1, sedangkan penyebaran HIV-2 terbatas di daerah Afrika
Barat
2.1.2 Sejarah
Perkembangan HIV AIDS
Di Dunia
HIV telah menyebar ke seluruh dunia dan
segala lapisan masyarakat dengan sangat cepat. HIV belum dikenal sama sekali 27
tahun yang lalu. Saat ini HIV telah menginfeksi lebih dari 65 juta orang di
dunia (hampir setengahnya meninggal dunia). AIDS menduduki peringkat ke-4
penyebab kematian orang dewasa di seluruh dunia. AIDS juga menyebabkan usia
harapan hidup turun lebih dari 10 tahun di beberapa negara. UNAIDS melaporkan, sepanjang tahun
2007 saja, di seluruh dunia terdapat sekitar 33 juta orang dengan HIV (ODHA)
dan 2 juta orang meninggal karena AIDS. Lebih dari 7.400 orang per hari infeksi
HIV (3.200 perempuan, 2.900 berusia antara 15-24 tahun). Sampai dengan tahun
2005 di seluruh dunia terdapat sekitar 15 juta anak yatim piatu karena
banyaknya kematian orang dewasa akibat AIDS.
HIV dan AIDS menyebabkan banyak tenaga
kerja produktif meninggal, jumlah yatim piatu meningkat drastis, kemiskinan
meningkat, pelayanan sosial dan kesehatan terbebani. HIV dan AIDS merupakan
ancaman besar bagi kesehatan masyarakat, seluruh sektor sosial, dan
pembangunan.
Menurut perhitungan para ahli
pembangunan masyarakat, HIV dan AIDS dapat menyebabkan pertumbuhan GDP turun
sampai 15 persen per tahun. Apabila tidak ditanggulangi, epidemi HIV dan AIDS
dengan cepat akan meniadakan kemajuan pembangunan yang telah dicapai selama 50
tahun terakhir. Epidemi
HIV dan AIDS menghambat upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)
secara umum.
Di Indonesia
Kasus
HIV pertama kali ditemukan 22 tahun yang lalu. Sejak tahun 2000, Indonesia
tergolong sebagai negara dengan epidemi HIV terkonsentrasi (karena prevalensi
HIV pada populasi pecandu narkoba suntik/penasun, PS/Pekerja Seks, waria,
LSL/lelaki suka lelaki di beberapa kota mencapai lebih dari 5%). Secara khusus,
di provinsi Papua dan Papua Barat, epidemi HIV cenderung telah memasuki
populasi umum yakni telah menyebar ke 2,4% populasi masyarakat umum dewasa.
(hasil STHP/Survei Terpadu HIV dan Perilaku di Tanah Papua tahun 2006, Badan
Pusat Statistik dan Depkes, 2007).
Depkes melaporkan bahwa dalam 5 tahun
terakhir lalu peningkatan kasus baru sangat cepat. Jumlah kasus baru di tahun
2008 adalah lebih dari 3x lipat jumlah kasus secara kumulatif selama 17 tahun pertama
epidemi HIV dan AIDS di Indonesia. Dari kasus baru tersebut 82% adalah
laki-laki, dan 74% berusia di bawah 30 tahun.
Di samping penambahan jumlah kasus AIDS,
jumlah provinsi dan kabupaten yang melaporkan kasus AIDS pun bertambah. Pada
tahun 2003 hanya 25 provinsi yang melapor, namun sejak tahun 2006 sebanyak 32
provinsi melaporkan adanya kasus AIDS. Pada akhir tahun 2008 sebanyak 214
kabupaten melaporkan adanya kasus AIDS.
Di Indonesia, Estimasi Departemen
Kesehatan 2006 memperkirakan terdapat 4-8 juta orang yang paling beresiko
tertular HIV. Jumlah terbesar adalah pelanggan PS/penjaja seks (3,1 juta) dan
pasangan laki-laki pelanggan PS (1,8 juta). Terdapat pula 219 ribu penasun, 221
ribu WPS, 767 ribu LSL, dan 28 ribu waria.
Sampai saat ini, penularan HIV di
Indonesia terutama melalui pemakaian alat dan jarum suntik tidak steril di
antara penasun (42,3%) dan melalui hubungan seksual beresiko (heteroseksual:
48% dan homoseksual: 3,8%). Penularan
melalui hubungan seksual antara pelanggan PS dan pasangan resminya (istri) dan
dari ibu ke anak telah mulai meningkat. Diperkirakan pada tahun 2015 secara
kumulatif akan terdapat 38.500 anak yang tertular HIV dari ibunya. Para ibu ini
sebagian besar tertular dari suaminya. Para suami ini mungkin adalah penasun atau
pelanggan PS.
2.2.
Pengertian HIV AIDS
HIV adalah singkatan Human Immunodefisiency Virus yaitu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh rentan terhadap
berbagai penyakit. Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan
ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. (Vinay Kumar, 2007).
HIV telah ditetapkan sebagai agens penyebab acquired Immune
Deficiency Syndrom (AIDS). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu
yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia Anderson Price,
2006). Definisi AIDS yang ditetapkan oleh pusat pengendalian penyakit, telah
berubah beberapa waktu sejak gejala pertama ditemukan pada tahun 1981. Secara
umum definisi ini menyusun suatu titik dalam kontinum penyimpangan HIV dimana
penjamu telah menunjukan secara klinis disfungsi imun. Jumlah besar infeksi
oportunistik dan neoplasma merupakan
tanda supresi imun berat sejak tahun 1993. Definisi AIDS telah meliputi jumlah
CD4 kurang dari 200 sebagai criteria ambang batas.
Sel CD4 adalah bagian dari limposit dan satu target sel dari infeksi HIV.
2.3. Etiologi
|
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong
Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Terdapat
dua jenis virus penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV 2. HIV 1 paling banyak
ditemukan di daerah barat eropa, asia dan afrika tengah, selatan dan timur.
HIV-2 terutama ditemukan di afrika barat. Genom HIV adalah RNA yang terdiri
dari 2 sub unit identik dengan panjang sekitar 9.200 pasang basa. Secara
sederhana sel HIV terdiri dari
1.
Inti RNA dan
enzim transcriptase reverse (polymerase), protease, dan integrasi
2.
Kapsid- antigen
p24
3.
Sampul (antigen
p17) dan tonjolan glikoprotein (gp 120 dan gp41)
HIV tidak stabil dan dapat dimusnahkan
dengan senyawa antiseptik antara lain etanol 70 %, glutaradehid 1%, 02% sodium
hipoklorit dan formalin. HIV dapat dimatikan pada suhu 56 0C selama
30 menit, oleh karena itu dalam pemeriksaan antibody terhadap HIV dalam darah
atau serum penderita, biasanya dipanaskan dulu pada suhu 56 0C
selama 30 menit, agar tugas laboratorium yang memeriksa tidak tertular HIV. HIV
tidak dapat di inaktifan degan radiasi sinar gama yang berkekuatan 2,5 X 105
rad / dengan sinar ultra violet dosis tinggi.
HIV dapat ditemukan dalam darah, produk
darah (serum, plasma), cairan sperma, saliva, air mata, otak, dan kelenar
limfe. Virus AIDS dalam bahan tersebut dapat bertahan hidup sampai 7 hari pada
suhu kamar. HIV dapat dibiakan pada kera jenis simpanse. Setelah penyuntikan
kera dengan bahan pemeriksaan yang berasal dari penderita AIDS, HIV dapat
dideteksi dalam limfosit darah perifer kera dengan cara immunofluoresensi,
radioimunopresipitasi dan mengguanakn mikroskop electron.
2.4. Patofisiologi
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai
retrovirus yang menunjukan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam
asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV
(partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA
dalam inti berbentuk peluru yang terpancung di mana p24 merupakan komponen
structural yang utama. Tombol (knob) yang menonjol lewat dinding virus terdiri
atas protein gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan sel – sel CD4
positif adalah gp120 dari HIV.
HIV menyerang sistem imun dengan menyerbu dan
menghancurkan jenis sel
darah putih tertentu, yang sering disebut dalam berbagai nama seperti sel T
pembantu (helper T cell), sel T4 atau
sel CD4. Sel CD4 ini juga diberi julukan sebagai panglima dari sistem imun. CD4
mengenali patogen yang menyerang dan memberi isyarat pada sel darah putih
lainnya untuk segera membentuk antibodi yang dapat mengikat patogen tersebut.
Sesudah diikat, patogen itu dilumpuhkan dan diberi ciri untuk selanjutnya
dihancurkan. Lalu CD4 kemudian memanggil lagi jenis sel darah putih lainnya
yaitu sel T algojo (killer T cell),
untuk memusnahkan sel yang telah ditandai tadi.
Sel CD4 positif mencakup monosit, makropag dan limposit T4 helper
( dinamakan sel – sel CD4 + kalau dikaitkan dengan infeksi HIV ). Jumlah
normal sel CD4 dalam sirkulasi darah tubuh kita adalah sekitar 800 hingga
1.200/m3 darah. HIV mampu melawan sel CD4. Dengan menyerang dan
mengalahkan sel CD4, maka HIV berhasil melumpuhkan kelompok sel yang justru
amat diandalkan untuk kurang dari 200/m3. Limposit
T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel di atas.
Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper HIV akan menginjeksikan dua utas
benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper, dengan menggunakan enzim yang
dikenal sebagai reverse transcriptase HIV akan melakukan pemrograman ulang
materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double stranded DNA
(DNA utau ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nucleus sel T4 sebagai sebuah
provirus dan kemudian infeksi yang permanen.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan. Aktivitas sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh
antigen, mitogen, sitogen ( TNF alfa atau interleukin I ) atau produk gen virus
seperti : CMV(cytomegalovirus), virus Epstein Barr, herpes simplek dan
hepatitis. Sebagai akibatnya pada sel T4 yang terifeksi diaktifkan, replikasi
serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 dihancurkan. HIV yang baru
ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi CD4+ lainnya.
(
Gambar. Patofisiologi HIV AIDS)
Virus
HIV masuk ke dalam tubuh
HIV
menyerang sel T hepler, sel T4/ CD4
Sel T
hepler, sel T4/ CD4 terinfeksi
HIV
menginjeksikan 2 utas benang RNA
Yang
identik ke dalam sel T4 hepler
(
enzim transciptase )
Tunas
HIV terbentuk
Sel
T4 sebagai inang dihancurkan
Virus
HIV disebarkan ke dalam Plasma
Dan
menginfeksi sel T4 lainnya
Jumlah
sel T4/CD4 menurun
Virus
HIV meningkat
Sistem
imun melemah
Patogen
mudah masuk ke dalam tubuh
Infeksi
permanen
Kalau fungsi limfosit T4 terganggu mikroorganisme yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai
akibat dari gangguan sistem imun dinamakan
infeksi oportunistik. ( Brunner & Suddart2002). Infeksi monosit dan
makrofag berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang
bermakna, tetapi sel – sel ini menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus
tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh
lewat sistem ini untuk menginfeksi pelbagai jaringan tubuh.
2.5. Pertahanan tubuh terhadap penyakit
Banyak bagian dari tubuh kita yang
melindungi diri kita dan penyakit, antara lain kulit, mulut, saluran
pernafasan, saluran kencing, usus, dan aliran darah. HIV harus memasuki aliran
darah untuk dapat mengganggu kita. Kulit biasanya menjadi tameng terhadap HIV
dan kuman penyebab penyakit lainnya. Jika kulit kita terkena air liur, darah,
cairan vagina atau air mani yang mengandung HIV, virus itu biasanya mati dan
tetap disana hingga terbuang. Namun apabila kulit itu mengalami luka, maka HIV
akan dapat masuk ke dalam aliran darah.
Jika liur, darah, cairan vagina, dan
mani masuk ke rongga mulut, maka sebagian akan dibuang. Tetapi apabila terdapat
luka-luka kecil didalamnya seperti dalam keadaan pilek atau akibat penyakit
gigi. Maka HIV akan memasuki aliran darah pula. Bila cairan itu tertelan,
umumnya HIV akan dihancurkan oleh suasana asam yang ada di dalam saluran
pencernaan makanan.
Berbagai
Cara Tubuh Melindungi Diri Terhadap Penyakit
Lokasi
pertahanan
Tubuh
|
Mekanisme
pertahanan
|
fungsi
pertahanan
|
Faktor
yang melemahkan perthanan
|
Kulit
|
Permukaan
kulit yang intak.
|
Menyediakan
pertahanan mekanis terhadap cadangan
|
Adanya
luka, lecet, dan tusukan.
|
Permukaan
kulit paling luar mengelupas.
|
Menghilangkan
kuman yang menempel pada kulit.
|
Tidak
membersihkan tubuh secara teratur.
|
|
Mulut
|
Selaput
lendir rongga mulut yang intak.
Air
liur.
|
Menjadi
barier mekanik.
Membuang
partikel yang mengandung kuman.
|
Luka,
gigi dicabut.
Kebersihan
mulut kurang dijaga, kering.
|
Saluran pernafasan
|
Sel-sel
rambut sepanjang jalan nafas dilapisi selaput lendir lengket.
|
Cilia
(sel rambut) menangkap jasad renik dalam udara pernafasan dan membuang beserta
ludah atau ditelan.
|
Merokok
tingginya kadar oksigen dan karbondioksida, udara kering dan dingin.
|
Sel-sel
darah putih yang memakan dan menghancurkan beenda-benda asing.
|
Membungkus
dan memusnahkan.
|
merokok
|
|
Saluran uriner
|
Aliran
air seni.
|
Membuang
jasad renik dalam kandung kencing atau uretra.
|
Sumbatan
dalam saluran kencing menunda kencing.
|
Permukaan
saluran air kencing yang intak.
|
Sebagai
perlindungan terhadap jasad renik.
|
Benda
asing dalam saluran kencing.
|
|
Saluran pencernaan
|
Suasana
asam dari getah lambung.
|
Secara
kimia menghancurkan jasad renik.
|
Antasida.
|
Gerakan
peristaltik dari dinding usus yang cepat, ritmis.
|
Menyapu
jasad renik keluar tubuh dengan BAB.
|
Konstipasi
dan obstruksi.
|
|
Peredaran darah
|
Sel
darah putih yang memakan dan memusnahkan benda asing.
|
Membungkus
dan menghancurkan jasad renik yang tiba di aliran darah.
|
Steroid,
stres, HIV
|
2.6. Tanda
dan Gejala
HIV AIDS
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang
penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditunjukan
pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada
berbagai Penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan
sebagai berikut :
a.
Rasa lelah dan lesu
b.
Berat badan menurun secara
drastis
c.
Demam yang sering dan
berkeringat diwaktu malam
d.
Mencret dan kurang nafsu
makan
e.
Bercak-bercak putih di lidah
dan di dalam mulut
f.
Pembengkakan leher dan
lipatan paha
g.
Radang paru
h.
Kanker kulit
Beberapa
infeksi oportunistik dan kanker merupakan cirri khas dari munculnya AIDS :
1.
Thrush
Pertumbuhan
berlebihan jamur candida didalam mulut, vagina dan kerongkongan, biasnaya
merupakan infeksi yang pertama muncul. Infeksi jamur vagina berulang yang sulit
diobati seringkali merupakan gejala dini HIV pada wanita. Tapi infeksi seperti
ini juga bisa terjadi pada wanita sehat akibat berbagai faktor seperti pil KB,
antibiotic dan perubahan hormonal.
2. Pneumonia
pneumokistik
Pneumonia
karena jamur pneumocysstis carinii merupakan infeksi oportunistik yang sering
berulang pada penderita AIDS. Infeksi ini sering kali merupakan infeksi
oportunistik serius yang pertama kali muncul dan sebelum ditemukan cara pengobatan
dan pencegahannya, merupakan penyebab tersering dari kematian pada penderita
infeksi HIV.
3.
Taxsoplasmosis
Infeksi
kronis oleh taxoplasma sering terjadi sejak masa kanan- kanak, tapi gejala
hanya timbul pada sekelompok kecil penderita AIDS. Jika terjadi peningkatan
kembali, maka taxoplasma bisa menyebabkan infeksi hebat, terutama di otak.
4.
TuberKulosis
Tuberculosis
pada penderita HIV, lebih sering terjadi dan bersifat mematikan. Mikobakterium
jenis lain yaitu mycobacterium avium,
merupakan penyebab dari timbulnya demam, penurunan berat badan dan diare pada
tuberkulosa stadium lanjut. Tuberculosis bisa di obati dan dicegah dengan obat-
obat anti tuberkulosa yang biasa digunakan.
5.
Infeksi saluran
pencernaan
Infeksi
salluran pencernaan oleh parasit cryptosporidium
sering ditemukan pada penderita AIDS. Gejalanya dapat berupa diare hebat,
nyeri perut dan penurunan berat badan.
6.
Leukoensefalopati
multifocal progresif
Leukoensefalopati
multifocal progresif merupakan suatu infeksi virus di otak yang bisa
mempengaruhi fungsi neurologis penderita. Gejala awal biasanya berupa hilangnya
kekuatan lengan atau tungkai dan hilangnya koordiasi atau keseimbangan. Dalam
beberapa bulan kemudian penderita akan meninggal.
7.
Infeksi oleh
sitomegalovirus
Infeksi
ulang cenderung terjadi pada stadium lanjut dan seringkali menyerang retina
mata, menyebabkan kebutaan. Pengobatan dengan obat anti-virus bisa
mengendalikan sitomegalovirus.
8.
Sarcoma Kaposi
Sarcoma
Kaposi adalah suatu tumor yang tidak nyeri, berwarna merah sampai ungu, berupa
bercak- bercak yang menonjol di kulit tumor ini terutama sering ditemukan pada
pria homoseksual.
9.
Kanker
Bisa juga
terjadi kanker getah bening (limpoma)
yang mula- mula muncul di otak atau organ- oragan dalam. Wanita penderita AIDS
cenderung terkena kanker serviks. Pria homoseksual juga mudah terkena kanker
rectum
Badan
kesehatan WHO mengklasifikasikan
penyakit AIDS dalam 4 stadium yaitu :
1.
Stadium I, infeksi
HIV bersifat asimptomatis, terdapat indikasi limfedenopati umum, namun performa
penderita baik, dapat beraktivitas seperti biasanya.
2.
Stadium II,
gejala penurunan berat badan, infeksi pada mukosa, antaralain dermatitis,
infeksi jamur, sariawan berulang- ulang, herpes zoster, infeksi saluran
pernafasan, sinusitis yang berkepanjangan dan limfadenopati generalisata yang
persiten. Penderita umumya masih dapat beraktivitas dengan normal.
3.
Stadium III,
muncul gejala AIDS related complex (ARC), meliputi penurunan berat badan yang
signifikan, kelelahan, demam brkepanjanganm diare kronis selama ebih dari 4
minggu, kandidiasis oral, penurunan system imun yang ditandai oleh infeksi
tuberculosis dan infeksi berat yag disebabkan oleh bakteri lainnya.
4.
Stadium IV,
ditandai dengan HIV wasting syndrome, berupa penurunan berat badan yang
drastic, diare kronis lebih dari 1 bulan dan demam tinggi selama ebih dari 1
bulan disamping itu muncul infeksi oportunistik antara lain pneumonia,
taksoplasmosis otak, kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan,
kriptokokosis ekstrapulmonar, infeksi cytomegalovirus pada liver dan limfa,
infeksi virus herpes simplex oral dan genital.
2.7 Penularan HIV
AIDS
Penyakit ini menular melalui berbagai
cara, antara lain melalui cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan
ASI. Virus terdapat juga dalam saliva, air mata, dan urin (sangat rendah). HIV
tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria yang sudah disunat
memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak
disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV
juga ditularkan melalui:
A. Ibu hamil
a.
Secara
intrauterin, intrapartum, dan postpartum (ASI).
b.
Angka transmisi
mencapai 20-50%.
c.
Angka transmisi
melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga.
d.
Laporan lain menyatakan
risiko penularan melalui ASI adalah 11-29%.
e.
Sebuah studi
meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada dua kelompok ibu,
yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan kelompok ibu
setelah beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan HIV pada
bayi yang belum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui
mekanisme kehamilan dan persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi
29% setelah bayinya disusui. Bayi
normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya selama 6-15
bulan.
B. Jarum suntik
a.
Prevalensi
5-10%.
b.
Penularan HIV
pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena penyalahgunaan obat.
c.
Diantara tahanan
(tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta
sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor 25%, dan di Bali 53%.
C. Transfusi darah
a.
Risiko penularan
sebanyak 90%.
b.
Prevalensi
sebanyak 3-5%.
D. Hubungan seksual
a.
Prevalensi
sebanyak 70-80%.
b.
Kemungkinan
tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim.
c.
Model penularan
ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini dengan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini
cenderung menurun dan digantikan oleh penularan jalur penasun (pengguna narkoba
suntik).
E. Pemakaian alat
kesehatan yang tidak steril
Alat
pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.
F. Alat-alat untuk
menoreh kulit
Alat
tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat
tatoo, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV karena alat tersebut
mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu. HIV tidak menular melalui peralatan
makan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai bersama-sama,
berpelukan di pipi, berjabat tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS,
gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.
2.8. Pencegahan HIV AIDS
Pencegahan
penyakit HIV/AIDS antara lain:
1.
Menghindari
hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka penderita AIDS.
2.
Seks dengan menggunakan pelindung (kondom)
3.
Memberitahukan mitra seksualya sebelum dan sesudah
diketahui terinfeksi
4.
Mencegah kehamilan pada ODHA
5.
Mencegah
hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang-orang
yang mempunyai banyak pasangan.
6.
Menghindari
hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.
7.
Untuk penderita HIV tidak mendonorkan darah maupun
organ.
8.
Menghintikan penggunaan suntikan bekas atau bersama-
sama
9.
mengikuti program rehabilitasi.
10. Bagi petugas
kesehatan harus selalu menggunakan sarung tangan lateks pada setiap kontak
dengan cairan tubuh.
2.9. Pemeriksaan, Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan
1.
Pemeriksaan
Laboratorium HIV AIDS
Human Immunodefeciency Virus
dapat di isolasi dari cairan-cairan yang berperan dalam penularan AIDS seperti
darah, semen dan cairan serviks atau vagina. Diagnosa
adanya infeksi dengan HIV ditegakkan di laboratoruim dengan ditemukannya
antibodi yang khusus terhadap virus tersebut.
a.
Untuk pemeriksaan pertama
biasanya digunakan Rapid tes untuk melakukan uji tapis. Saat ini tes yang cukup
sensitif dan juga memiliki spesifitas yang tinggi. Hasil yang positif akan
diperiksa ulang dengan menggunakan tes yang memiliki prinsip dasar tes yang
berbeda untuk meminimalkan adanya hasil positif palsu yaitu ELISA. Rapid Tes
hasilnya bisa dilihat dalam waktu kurang lebih 20 menit.
b.
Enzyme Linked Immunosorbent
Assay (ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi dalam serum dengan
memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi jumlah virus yang
lebih besar. Biasanya hasil uji ELISA mungkin masih akan negatif 6 sampai 12
minggu setela pasien terinfeksi. Karena hasil positif palsu dapat menimbulkan
dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang dan
apabila keduanya positif maka dilakukan uji yang lebih spesifik yaitu Western
Blot.
c.
Western Blot merupakan elektroporesis
gel poliakrilamid yang digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik
terhadap DNA. Jika tidak ada rantai protein yang ditemukan berarti tes negatif.
Sedangkan bila hampir atau semua rantai protein ditemukan berarti western blot
positif. Tes ini harus diulangi lagi setelah 2 minggu dengan sampel yang sama.
Jika western blot tetap tidak bisa disimpulkan maka tes western blot harus
diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap negatif maka pasien dianggap HIV
negatif. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitif dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes
ini sering digunakan bila tes yang lain tidak jelas. (Nursalam, 2007).
2. Konseling
Konseling sangat dibutuhkan bagi pasien HIV/AIDS
yang sudah terdiagnosis maupun pada kelompok berisiko tinggi agar mau melakukan
tes, bersikap terbuka, dan bersedia mencari pertolongan dokter. Konseling bertujuan
untuk mencegah penularan HIV, mengubah perilaku ODHA, pemberian dukungan yang
dapat menumbuhkan motivasi mereka, meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Konseling HIV/AIDS meliputi konseling untuk
pencegahan, konseling pra-tes, konseling pasca-tes, konseling keluarga,
konseling berkelanjutan, dan konseling pada mereka yang menghadapi kematian.
Konseling yang diberikan pada pasien akan membantunya dalam memperoleh akses
informasi yang benar, memahami dirinya secara lebih baik, mampu menghadapi
masalah lebih baik, dan mampu berkomunikasi lebih lancar. Elinsenberg (1983) mengatakan bahwa
konseling menambah kekuatan pada klien untuk menghadapi, mengikuti aktifitas,
yang mengarah pada kemajuan, dan untuk menentukan suatu keputusan konseling
sehingga membantu klien agar mampu menguasai masalah yang sedang dan kelak akan
dihadapi.
Konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara seseorang
(klien) dengan pelayan kesehatan (konselor) yang bersifat rahasia, sehingga
memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan
atau mengadaptasi diri dengan stres dan sanggup membuat keputusan
bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS.
Konseling HIV/AIDS menjadi hal yang unik karena:
1.
Membutuhkan
pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS.
2.
Membutuhkan
pembahasan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi.
3.
Membutuhkan
pembahasan tentang kematian atau proses kematian.
4.
Membutuhkan
kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan nilai yang mungkin
sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh konselor itu sendiri.
5.
Membutuhkan
keterampilan pada saat memberikan hasil HIV yang positif.
6.
Membutuhkan
keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun anggota keluarga klien.
Tujuan
Konseling HIV
1.
Mencegah
penularan HIV dengan cara mengubah perilaku. Untuk mengubah perilaku, ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS) tidak hanya membutuhkan informasi belaka, tetapi yang
jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi
mereka, misalnya dalam perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik,
dan lain-lain.
2.
Meningkatkan
kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis, psikologis, sosial, dan
ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk memberikan dukungan kepada
ODHA agar mampu hidup secara positif.
Konseling
HIV Dianjurkan untuk Keadaan Berikut:
1.
Orang yang sudah
diketahui menderita AIDS atau terinfeksi HIV, dan keluarganya.
2.
Mereka yang
sedang dites untuk HIV (sebelum dan sesudah tes).
3.
Mereka yang
sedang mencari pertolongan diakibatkan perilaku resiko yang lalu dan sekarang
sedang merencanakan masa depannya.
4.
Mereka yang
tidak mencari pertolongan namun berperilaku resiko tinggi.
5.
Orang yang
mempunyai masalah akibat infeksi HIV (pekerjaan, perumahan, keuangan, keluarga,
dan lain-lain), sebagai akibat infeksi HIV.
Petugas
Konseling
Selain dokter, perawat,
psikolog, psikoterapi, pekerja sosial, dan orang dengan profesi lain dapat
dianjurkan dan dilatih untuk memberikan dukungan konseling. Petugas konseling
tidak harus merupakan petugas kesehatan yang ahli. Guru, penyuluh kesehatan,
petugas laboratorium, pembuka agama, kelompok kerja muda, dukun tradisional,
dan anggota kelompok masyarakat dapat menolong dalam konseling pencegehan
maupun konseling dukungan untuk ODHA. Jadi pada dasarnya yang dapat menjadi
petugas konseling adalah mereka yang masih mempunyai ruang untuk orang lain
dalam dirinya.
3. Nutrisi
Pentingnya Nutrisi bagi
Pasien HIV/AIDS
Nutrisi yang sehat dan seimbang harus
selalu diberikan pada klien dengan HIV/AIDS pada semua tahap infeksi HIV.
Perawatan dan dukungan nutrisi bagi pasien berfungsi untuk:
1.
Mempertahankan
kekuatan tubuh dan berat badan.
2.
Mengganti
kehilangan vitamin dan mineral.
3.
Meningkatkan
fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk mengurangi infeksi,
4.
Memperpanjang
periode dari infeksi hingga berkembang menjadi penyakit AIDS.
5.
Meningkatkan
respon terhadap pengobatan, mengurangi waktu dan uang yang dihabiskan untuk
perawatan kesehatan.
6.
Menjaga orang
yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif, sehingga memungkinkan mereka
untuk merawat diri sendiri, keluaraga, dan anak-anak mereka.
7.
Menjaga orang
dengan HIV/AIDS agar tetap produktif, mampu bekerja, tumbuh baik, dan tetap
berkontribusi terhadap pemasukan keluarga mereka.
Makanan terdiri atas zat gizi mikro dan
makro. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah kecil, sedangkan zat
gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih
banyak. Makanan penting bagi tubuh kita untuk :
1.
Berkembang,
mengganti dan memperbaiki sel-sel dan jaringan.
2.
Memproduksi
energi agar tetap hangat, bergerak dan bekerja.
3.
Membawa proses
kimia misalnya pencernaan makanan.
4.
Melindungi,
melawan, bertahan terhadap infeksi serta membantu proses penyembuhan penyakit.
Keamanan Bahan Makanan
dan Minuman
Makanan bisa terkontaminasi bakteri
berbahaya dan virus yang memproduksi toksin beracun. Orang yang terinfeksi
makanan seperti ini bisa terinfeksi oleh kuman dan menjadi sakit. Karena HIV
mempengaruhi sistem imun dan tubuh rentan terhadap penyakit, maka ODHA lebih
rentan terhadap kuman dan harus berhati-hati untuk menghindari makanan yang
terkontaminasi.
Untuk mengurangi terkontaminasi bahan
makanan dan minuman yang dapat menimbulkan resiko keracunan atau tertular
berbagai penyakit infeksi, maka perlu dilakukan tindakan menjaga keamanan
makanan dan minuman dengan cara:
1.
Mencuci tangan
dengan air sabun mengalir setelah buang air besar kerena kuman disebarkan
memalui feses.
2.
Menjaga
kebersihan diri dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sebelum dan sesudah mempersiapkan atau memegang makanan. Menutup luka agar
tidak terkontaminasi makanan. Menggunakan air bersih dan aman untuk minum dan
memasak.
3.
Menjaga
kebersihan dapur dengan membersihkan seluruh dapur, mencuci sayur dan buah
dengan air bersih, menjaga makanan agar tidak dihinggapi lalat dan debu.
4.
Makanan harus
dimasak dengan air mendidih dan segera dimakan setelah masak, karena kuman
sangat cepat berkembang biak dalam air hangat. Bahan makanan sebaiknya disimpan
di lemari pendingin atau di tempat yang sejuk. Masak makanan hingga matang,
tetapi jangan masak sayur-sayuran terlalu matang, jangan menyimpan makanan
mentanh dan masak di tempat yang sama, dan panaskan hingga setiap akan dimakan.
5.
Masak daging dan
ikan hingga matang, cuci peralaytan memasak, telur harus direbus pada suhu
tinggi.
6.
Periksa kemasan
makanan atau kaleng makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka untuk mengetahui
kemungkinan adanya kerusakan makanan, periksa tanggal kadaluarsa.
7.
Hindari
mengkonsumsi daging, ikan, telur mentanh, dan daging ayam; termasuk unggas lain
yang dimasak setengah matang atau tidak dimasak dengan benar.
8.
Hindari
mengkonsumsi sayur-sayuran mentah atau lalapan.
9.
Mencuci sayur
dan buah dengan air bersih dan mengalir.
10. Hindari
produk susu yang tidak terpasteurisasi.
11. Sebaiknya
memanaskan makanan sebelum dimakan.
12. Hindari
makanan yang berjamur dan basi.
13. Sebaiknya
memisahkan makanan yang belum dimasak dengan yang sudah dimasak.
14. Selalu
minum air yang sudah dimasak atau air mineral dalam kemasan atau botol.
15. Memakai
air panas dan sabun untuk membersihkan alat dapur.
16. Sedapat
mungkin menghindari jajan, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri
karena keamanannya lebih terjamin.
Bahan Makanan yang
Dianjurkan Dikonsumsi Pasien
Berbagai
bahan makanan yang banyak didapatkan di Indonesia seperti tempe, kelapa,
wortel, kembang kol, sayuran, dan kacang-kacangan dapat diberikan dalam
penatalaksanaan gizi pada pasien.
1. Tempe
atau produknya mengandung protein dan vitamin B12 untuk mencukupi
kebutuhan pasien dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah
diare.
2. Kelapa
dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energi
karena mengandung medium chain
trigliserida (MCT) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT
merupakan sumber energi yang dapat digunakan untuk pembentukkan sel.
3. Wortel
kaya kandungan bete karoten sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
sebagai bahan pembentukkan CD4. Vitamin C, vitamin E, dan beta karoten
berfungsi sebagai anti radikal bebas yang dihasilkan oleh perusakan oleh HIV
pada sel tubuh.
4. Sayuran
hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik yakni vitamin B1,
B6, B12, dan zat gizi mikro lainnya yang berfungsi untuk
pembentukkan CD4 dan pencegahan anemia.
5. Buah
alpukat mengandung banyak lemak yang tinggi dan dapat dikonsumsi sebagai bahan
makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid) yang 63% dari jumlah tersebut
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan HDL, selain itu alpukat juga
mengandung glutation untuk menghambat replikasi HIV.
4.
Olahraga bagi Pasien HIV/AIDS
Efek Latihan Fisik
Terhadap Tubuh
a)
Perubahan sistem
sirkulasi
Olahraga
meningkatkan cardiac output dari 5L/menit menjadi 20L/menit pada orang dewasa
sehat, hal ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot skelet dan jantung.
b)
Sistem pulmoner
Olahraga dapat
meningkatkan frekuensi nafas, meningkatkan pertukaran gas serta pengangkutan
serta pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh otot. Paru merupakan salh satu
organ yang tidak beradaptasi terhadap olahraga.
Respon Sistem Respirasi
Terhadap Latihan Fisik
Enam menit setelah latihan bersepeda
statis, terjadi peningkatan ventilasi, heart rate, PaO2, pH arteri,
suhu tubuh, dan terjadi penurunan PaCO2. Faktor yang berpengaruh
terhadap peningkatan ventilasi selama latihan adalah aktivasi kolateral ke
pusat respirator dari motor pathway untuk aktivasi otot sehingga terjadi:
·
Peningkatan suhu
tubuh.
·
Neuron
respirator menjadi lebih responsif pada perubahan aktifitas kemoreseptor
sehingga otak mungkin lebih sensitif pada fluktuasi daripada pada nilai absolut
PaO2 PaCO2, atau pH.
·
Produksi asam
laktat selama latihan (metabolisme anaerob). Meningkatkan konsentrasi H+
di CSF dan darah sehingga mempengaruhi kemoreseptor.
c)
Metabolisme
Untuk
melakukan olahraga, otot memerlukan energi. Pada olahraga intensitas rendah
sampai sedang terjadi pemecahan trigliserida dan jaringan adiposa menjadi
glikogen dan FFA (Free Fatty Acid).
Kegiatan olahraga intensitas tinggi akan membuat kebutuhan energi meningkat.
Keadaan ini membuat otot semakin tergantung pada glikogen sehingga metabolisme
berubah dari metabolisme aerob menjadi anaerob.
Metabolisme
anaerob menghasilkan 2 ATP dan asam laktat yang menurunkan kerja otot. Pada
saat olahraga, tubuh meningkatkan ambilan glukosa darah untuk mencegah hipoglikemia.
Selain itu, tubuh meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis hati untuk
mempertahankan gula darah normal.
Olahraga
berlebihan menyebabkan hipernatremia, karena banyaknya cairan isotonis yang
keluar bersama keringat, dan hiperkalemia, karena kalium banyak dilepaskan dari
otot. Selain itu bisa juga terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas.
5. Pemeriksaan Kesehatan Secara berkala
Seseorang yang telah dinyatakan HIV
positif harus diperiksa kesehatannya secara berkala. Pemeriksaan ini untuk
menetapkan stadium klinis dan infeksi opurtunistik apa yang ada, semua out akan
menentukan pengobatan apa yang harus ia terima.
6. Pencegahan dan
pengobatan infeksi opurtunistik, termasuk TB
Hampir
semua kematian ODHA adalah akibat infeksi opurtunistik, dan terbanyak karena TB
oleh karena itu pencegahan/ profilaksis, deteksi dini dan pengobatan infeksi
opurtunistik sangat penting. Pemberian obat kotrimoksaksol profilaksis sangat
bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis infeksi opurtunistik sehingga
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ODHA. Semua ODHA perlu di scrining
TB dan di obati jika terdapat TB aktif.
7.
Pengobatan
Paliatif
Disemua stadium,
ODHA memerlukan perawtan paliatif dan pengobatan Symptomatis/ untuk
menghilangakn gejala rasa sakit. Terlibih di stadium akhir, saat ODHA tidak
mampu untuk beraktivitas, merea membutuhkan perawatan anggar kualitas hidupnya
tetap baik. Menjelang ajalpun perawatan paliatif untuk menghilangkan rasanyeri
dan membantu ODHA menyambut kematian dengan lebih nyaman.biasanya pengobatan
paliatif berbasis dalam rumah tangga dapat dilayani oleh orang awam dengan
bimbingan petugas kesehatan. Oleh karena itu petugas kesehatan perlu
mempersiapkan keluarga dan LSM untuk mengambil peran ini.
8. Pengobatan
Dengan ARV ( Anti Retro Viral
)
ARV
tidak memyembuhkan namun mampu menekan perkembang biakan virus dalam tubuh
sehingga meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia ODHA. Sebelum
memulai pengobatan ARV, ODHA perlu memenuhi criteria social dan medis. Criteria
social antara lain bersedia mendapatkan ARV, ada ukungan untuk kepatuhan
berobat. Criteria medis sesuai dengan pedoman WHO adalah :
a)
Jika tidak aada
alat pemeriksaan CD4, maka semua pasien dengan gejala klinis yang berat (
stadium klinis 3 dan 4 ) diberi ARV.
b)
Jika ada alat
pemeriksaan CD4, maka semua pasien dengan CD4 kurang dari 200 harus diberi ARV.
Dan pasien CD4 kurang dari 350 dipertimbangkan untuk iberi ARV.
Jika belum memenuhi criteria, ODHA tetap
berhak dan perlu mendapatkan pelayanan sebagaimana no 1-5 di atas. Pengobatna
ini harus diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan seumur hidup.
Putus obat harus di hindari karena jika terjadi kekebalan ( resistensi) maka
akan terjadi tantangan berat buka hanya bagi pengobatan individu tapi bagi
masyarakat. Biaya pengobatan akan lebih mahal karena harus beralih pada lini
berikunya dan harganya jauh lebih mahal. Agar tidak putus obat disatu sisi, ARV
yang berkualitas harus tersedia dalam jumlah yang cukup secara terus menerus
karena itu diperlukan perencanaan dan pembiyaan jangka panjang dan managemen
rantai penedian obat yang baik.
Disis lain, ODHA yang mendapat ARV harus
patuh obat (adherence). Artinya tidak boleh lupa minum obat untuk itu ODHA
perlu diberi duungan untuk kepatuhan berobat (adherence support) melalui
berbagai metode, kerjasama antara petugas kesehatan, keluarga, dan LSM. ARV
bisa menimbulkan efek samping dari ringan sampai berat. ODHA dan keluarga perlu
diberi informasi agar efek samping tidak membuat mereka mundur dari pengobatan
ARV. Di samping itu obat- obat untuk mengatasi efek samping perlu di
persiapkan.
PDP terdiri dari 6 komponen diatas
memerlukan jejaring kerja dan system rujukan yang luas dan baik dalm kerangka
continium of care yang berjejaring kerja dengan program pencegahan. Pasokan
alat dan bahan, termasuk obat ( terutama obat ARV) perlu di tata dengan baik
dan manajemen rantai pasokan ( supplai change managemen ) untuk menjamin
ketersedian alat, bahan dan obat yang bermutu dalam jumlah yang cukup secara
berkesinambungan.
Agar upaya upaya tersebut diatas member
manfaat bagi peningkatan kualitas hidup ODHA maka harus disertai dengan
meninggalkan kebiasaan hidup tidak sehat seperti merokok, minuman keras dan
lainnya, serta mengembangkan kebiasaan hidup sehat.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
HIV (Human
Immunodefisiency) Virus
yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat
tubuh rentan terhadap berbagai penyakit. Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit retrovirus yang
disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan
infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. (Vinay
Kumar, 2007). Badan kesehatan WHO
mengklasifikasikan penyakit AIDS dalam 4 stadium yaitu, stadium I, II,III, dan IV. Bermacam- macam vaksin
sudah dicoba untuk mencegah dan memperlambat progresivitas penyakit, akan
tetapi sejauh ini belum ada yang berhasil
. Adapun obat seperti ARV
tetapi tidak dapat memyembuhkan namun mampu menekan
perkembangbiakan virus dalam tubuh sehingga meningkatkan kualitas hidup dan
memperpanjang usia ODHA
3.2.
Saran
Penulis ingin menyampaikan saran terkait
dengan selesainya makalah ini. Alangkah baiknya kita sebagai tenaga kesehatan khususnya mahasiswa
keperawatan mengetahui apa itu HIV/AIDS, gejala, dan dampaknya bagaimana, agar
kita bisa menjaga diri dan terhindar dari HIV/AIDS. Semoga makalah bisa
membantu kita dalam memperdalam pengetahuan tentang HIV/AIDS.
LAMPIRAN
ASUHAN
KEPERAWATAN
HIV
AIDS
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI
(
HIV AIDS )
I.
PENGKAJIAN
Tgl/jam
MRS :
Ruang :
Diagnosa
Medis :
Nomor
Medikal Record :
Tgl. Masuk :
Tgl.
Pengkajian :
1.
Identitas
a.
Identitas Klien
Identitas klien meiputi
nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa, bahasa, penidikan, pekerjaan,
status, alamat
b.
Identitas
penanggungjawab
Identitas
penanggungjawab meliputi, nama, umur, hubugan dengan pasien.
2.
Riwayat
Kesehatan
a)
Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya meliputi Rasa
lelah dan lesu, Berat badan menurun secara drastis, Demam yang sering dan
berkeringat diwaktu malam, Mencret dan kurang nafsu makan, Bercak-bercak putih
di lidah dan di dalam mulut, Pembengkakan leher dan lipatan paha.
b)
Riwayat
penyakit sekarang
Pengkajian RPS yang
mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian pertanyaan secara PQRST. Banyak
penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Seperti
diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang
kronis. Keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang
saat mengkaji status imonokompetensi pasien.
c)
Riwayat
penyakit dahulu
Tanyakan kepada klien apakah klien
mempunyai penyakit seperti diabetes militus, herpes dan lain- lain sehinga bisa
mendukung ke pengkajian.
d)
Riwayat
Kesehatan Kelurga
Tanyakan kepada keleurga apakah keluarga
mempunyai riwayat yang sama dengan klien.
3.
Psikososial-
spiritual
Pengalaman mengalami
suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan reaksi stress,
frustasi, kecemasaan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka, dan ketidak
pastian dengan adaptasi penyakit.
4.
Pola
Koping
Beradaptasi terahdap penyakit memerlukan
berbagai strategi tergantung keterampilan koping yang bisa digunakan dalam
menghadapi situasi sulit. Biasa klien dengan penyakit ini selalu bersikap
menyalahkan diri sendiri, penyangkalalan, pasrah, mencari akan penyakit yang di
alami dan meminta dukungan emosional pada orang- orang terdekatnya,
5.
Pemeriksaan
Fisik
a)
Status
kesehatan Umum
a.
Penamilan
umum : keadan umum dengan gangguan
penyakit ini penampilan tidak rapih, kurang percaya diri.
b.
Kesadaran : klien sadar penuh ( Composmentis
).
c.
Berat
Badan : adanya penurunan berat
badan yang drastis.
b)
Sistem
Sirkulasi/ Kardiovaskular
Gejala : penyembuhan yang lambat (anemia),perdarahan lama pada
cedera.
Tanda : perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer,
pucat/ sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
c)
Sistem
Gastroinstestinal
Gejala : diare terus-menerus,sering
dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul , rasa tebakar
saat miksi.
Tanda : feces encer dengan atau
tanpa mucus atau darah, diare pekat,sering nyeri tekan abdominal,lesi/ abses rectal, perional
,perubahan jumlah, warna dan karakter urine.
d)
Sistem Neurologi
Gejala : pusing,sakit
kepala,perubahan status mental,kerusakan status indera, kelemaan otot, tremor,perubahan
penglihatan.
Tanda : perubahan status mental, ide
paranoid,ansietas, reflek tidak
normal,tremor,kejang, hemiparesis.
6.
Pemeriksaan
Diagnostik
a)
Labolatorium
a.
Tes antibody
serum : Skrining HIV, hasil tes
positf,tapi bukan merupakan diagnose
b.
Tes blot western
: Mengkonfirmasi diagnose HIV
b)
Radiologi
a.
EEG, MRI, CT
scan otak, EMG (Pemeriksaan saraf)
c)
Tes
Antibodi
a.
Tes Enzym –
Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
b.
Western Blot
Assay
c.
Western Blot
Assay
d.
Radio Immuno
Precipitation Assay ( RIPA )
e.
Pelacakan Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
7.
Terapi
Pemberian ARV, adapun jenis- jenis dari ARV antara lain :
Nucleosida reverse transcriptase inhibitor ( NRTI )
Non- nuckeosida reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Protase inhibitor dan Fusion Inhibitor
II.
ANALISA
DATA
Tgl/
jam
|
Data
|
Interpretasi
Data
|
Masalah
|
|||||||||
|
DS dan DO
|
Virus HIV
Menurunkan jmlh &
fungsi CD-4
Memudahkan Invasi MO melalui
Makanan & minuman
Melepaskan enterotoxin
Reaksi imflamasi
Peningkatan motilitas sal- cerna
Diare tiap hari
ehilangan cairan yang berlebihan
Kekurangan volume cairan tubuh
berlebih
|
Kekurangan volume cairan tubuh
berlebih
|
|||||||||
|
DS dan DO
|
Infeksi Virus HIV
Aktivasi Sitokin
(IL-1+TNF)
Demam
Hipermetabolik
Pemecahan
Protein Dan Otot
Kehilangan len
body mass
Perubahan
kebutuhan nutrisi
|
perubahan kebutuhan
nutrisi; kurang dari kebutuhan
|
|||||||||
|
DS dan DO
|
Invasi MO
Saluran cerna
Masuk komponen dinding sel
Reaksi inflamasi
eningkatan metabolisme sel
eningkatan suhu tubu
Gangguan Termoregulasi
|
Gangguan termoregulasi: Hipertermi
|
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
|
Tgl/ jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
Paraf
|
1.
|
|
Kekurangan
volume cairan tubuh berlebih berhubungan dengan diare tiap hari. Ditandai
dengan : DS Dan DO
|
|
2.
|
|
Perubahan
kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan tidak adekuat. Ditandai Dengan DS dan DO
|
|
3.
|
|
Gangguan
termoregulasi: hipertermi berhubungan dengan invansi MO saluran cerna dan
infeksi virus HIV. Ditandai dengan DS dan DO
|
|
IV.
RENCANA
TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl/ Jam
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria hasil
|
Rencana
tindakan
|
|
Kekurangan volume
cairan tubuh berlebih berhubungan dengan diare tiap hari. Ditandai dengan :
DS Dan DO
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan klien mampu mencapai
rehidrasi dengan kriteria : Frekuensi BAB < 3 kali, Konsistensi
lembek, urgor kulit baik, Membran mukosa lembab, Tanda vital nomal.
|
1.
Anjurkan klien
untuk minum sedikitnya 2500 ml/hari
2.
Ukur intake
dan out put
3.
Kaji turgor
kulit, membran mukosa, dan rasa haus
4.
Observasi
tanda-tanda vital dan timbang BB.
5.
Anjurkan klien
untuk menghidari makanan pedas
6.
Kolaborasi
pemberian cairan parenteral
|
|
Perubahan kebutuhan
nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan tidak
adekuat. Ditandai Dengan DS dan DO
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam diharapkan klien mampu mencapai berat badan dapat
dipertahankan dengan kriteria: Berat badan tetap, Nafsu makan membaik,
Tidak mual saat makan, Porsi makan habis
|
1.
Hilangkan
rangsang lingkungan yang berbahaya atau kondisi yang memperburuk
refleks gag
2.
Berikan
makanan dalam kondisi hangat dan menarik dan mudah ditelan
3.
Anjurkan klien
untuk batasi makanan yang menyebabkan mual dan muntah
4.
Anjurkan klien
untuk batasi cairan satu jam sebelum makan dan pada saat makan
5.
Anjurkan klien
untuk makan dengan porsi kecil frekuensi sering (6 kali /hari)
6.
imbang berat
badan sesuai kebutuhan
|
|
Gangguan
termoregulasi: hipertermi berhubungan dengan invansi MO saluran cerna dan
infeksi virus HIV. Ditandai dengan DS dan DOJ
|
Setelah dilakukan
tindakan perawatan selama 1x 24 jam, diharapkan klien mampu mencapai suhu
badan normal dengan kriteria: Klien mengatakan “Badan tidak panas”, adan
klien tidak teraba panas, Bibir dan mulut lembab Bibir dan mulut lembab,
Tanda tanda vital dalam keadaan normal
|
1.
Kompres dingin
membentuk menurunkan panas tubuh dengan cara konduksi
2.
Memudahkan
evaporasi panas badan
3.
Antipiretik
menurunkan set poin suhu badan
|