Senin, 18 Maret 2013

HIV/AIDS



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Acquired Imune difecienci Syndrome (AIDS) adalah ssuatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Peyakit ini disebabkan oleh human immune difeciency virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena daam waktu yang relative singkat terjadi peningkatan pasien dan makin banyak melanda banyak Negara. Sampai saat ini belu ditemukan vaksin atau obat yang relative efektif untuk aids sehingg menimbulkan keresahan di dunia. Selain berdampak negative pada bidang medis, aids juga berdampak negative pada bidang lainnya seperti ekonomi, politik, Erika, dan moral.
Dasar penyusunan makalah ini untuk menjabarkan lebih jelas tentang HIV dan AID, sehingga dapat dipelajari khususya oleh seorang perawat dan umumnya untuk kita semua. 

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.   Apa yang dimaksud dengan HIV AIDS ?
2.    Bagaimana sejarah penemuan dan perkembangan  HIV AIDS?
3.   Bagaimana etiologi, patofisiologi dari HIV AIDS?
4.   Bagaimana tanda gejala, dan penularan HIV AIDS?
5.   Bagaimana cara penanggulangan HIV AIDS?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah system imun dan hematologi
2.      Menjelaskan materi mengenai HIV AIDS.
3.      Menjelaskan bagaimana cara menanggulangi HIV AIDS.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
2.1.1 Sejarah Penemuan HIV
Virus penyebab AIDS atau retrovirus ini pertama kali ditemukan oleh Luc Montagnier dari institut pasteur Prancis tahun 1984 yang diberi nama lympadenopathy associated virus (LAV). Pada tahun 1984 Robert Gallo dari National Cancer Institute Amerika Serikat, mengidentifikasi retrovirus dari penderita AIDS di Amerika Serikat dan diberi nama Human T-lymphotropic virus tipe 3 (HTLV-3). Berkat penemuan virus HIV tersebut keduanya mendapat hadiah Nobel pada tahun 2008. Pada tahun 1985 nama lympadenophaty-AIDS virus (LAV/HTLV-3). Berdasarkan sifat dan analisis sekuen asal nukleat genom virus penyebab AIDS yang mereka temukan tersebut, ternyata merupakan virus yang identik. Karena itu pada tahun 1986 International Commitee on Taxonomy of Viruses, memberi nama retrovirus penyebab AIDS dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV bersifat subklinis, sehingga sulit untuk mengetahui dengan jelas bahwa seseorang telah tertular HIV. Masa inkubasi infeksi HIV membutuhkan waktu yang cukup panjang, antara 5-10 tahun hingga munculnya suatu gejala penyakit yang disebut full blown AIDS.
Pandemi AIDS telah berlangsung selama 30 tahun sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1981. Insiden AIDS di seluruh dunia sekitar 3 juta penderita setiap tahunnya dan lebih dari 30 juta orang telah meninggal akibat AIDS. Saat ini sedikitnya 34 juta orang mengidap HIV dan lebih dari 14 ribu orang terinfeksi tiap hari. Terdapat 2 tipe dari virus HIV, yaitu HIV-1 dan HIV-2, yang masing-masing dapat menyebabkan penyakit AIDS, walaupun biasanya waktu yang dibutuhkan HIV-2 untuk menimbulkan gejala AIDS klinik lebih lama daripada HIV-1. Epidemi HIV di dunia disebabkan oleh HIV-1, sedangkan penyebaran HIV-2 terbatas di daerah Afrika Barat
2.1.2 Sejarah Perkembangan HIV AIDS
Di Dunia
HIV telah menyebar ke seluruh dunia dan segala lapisan masyarakat dengan sangat cepat. HIV belum dikenal sama sekali 27 tahun yang lalu. Saat ini HIV telah menginfeksi lebih dari 65 juta orang di dunia (hampir setengahnya meninggal dunia). AIDS menduduki peringkat ke-4 penyebab kematian orang dewasa di seluruh dunia. AIDS juga menyebabkan usia harapan hidup turun lebih dari 10 tahun di beberapa negara. UNAIDS melaporkan, sepanjang tahun 2007 saja, di seluruh dunia terdapat sekitar 33 juta orang dengan HIV (ODHA) dan 2 juta orang meninggal karena AIDS. Lebih dari 7.400 orang per hari infeksi HIV (3.200 perempuan, 2.900 berusia antara 15-24 tahun). Sampai dengan tahun 2005 di seluruh dunia terdapat sekitar 15 juta anak yatim piatu karena banyaknya kematian orang dewasa akibat AIDS.
HIV dan AIDS menyebabkan banyak tenaga kerja produktif meninggal, jumlah yatim piatu meningkat drastis, kemiskinan meningkat, pelayanan sosial dan kesehatan terbebani. HIV dan AIDS merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat, seluruh sektor sosial, dan pembangunan.
Menurut perhitungan para ahli pembangunan masyarakat, HIV dan AIDS dapat menyebabkan pertumbuhan GDP turun sampai 15 persen per tahun. Apabila tidak ditanggulangi, epidemi HIV dan AIDS dengan cepat akan meniadakan kemajuan pembangunan yang telah dicapai selama 50 tahun terakhir. Epidemi HIV dan AIDS menghambat upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) secara umum.
Di Indonesia
Kasus HIV pertama kali ditemukan 22 tahun yang lalu. Sejak tahun 2000, Indonesia tergolong sebagai negara dengan epidemi HIV terkonsentrasi (karena prevalensi HIV pada populasi pecandu narkoba suntik/penasun, PS/Pekerja Seks, waria, LSL/lelaki suka lelaki di beberapa kota mencapai lebih dari 5%). Secara khusus, di provinsi Papua dan Papua Barat, epidemi HIV cenderung telah memasuki populasi umum yakni telah menyebar ke 2,4% populasi masyarakat umum dewasa. (hasil STHP/Survei Terpadu HIV dan Perilaku di Tanah Papua tahun 2006, Badan Pusat Statistik dan Depkes, 2007).
Depkes melaporkan bahwa dalam 5 tahun terakhir lalu peningkatan kasus baru sangat cepat. Jumlah kasus baru di tahun 2008 adalah lebih dari 3x lipat jumlah kasus secara kumulatif selama 17 tahun pertama epidemi HIV dan AIDS di Indonesia. Dari kasus baru tersebut 82% adalah laki-laki, dan 74% berusia di bawah 30 tahun.
Di samping penambahan jumlah kasus AIDS, jumlah provinsi dan kabupaten yang melaporkan kasus AIDS pun bertambah. Pada tahun 2003 hanya 25 provinsi yang melapor, namun sejak tahun 2006 sebanyak 32 provinsi melaporkan adanya kasus AIDS. Pada akhir tahun 2008 sebanyak 214 kabupaten melaporkan adanya kasus AIDS.
Di Indonesia, Estimasi Departemen Kesehatan 2006 memperkirakan terdapat 4-8 juta orang yang paling beresiko tertular HIV. Jumlah terbesar adalah pelanggan PS/penjaja seks (3,1 juta) dan pasangan laki-laki pelanggan PS (1,8 juta). Terdapat pula 219 ribu penasun, 221 ribu WPS, 767 ribu LSL, dan 28 ribu waria.
Sampai saat ini, penularan HIV di Indonesia terutama melalui pemakaian alat dan jarum suntik tidak steril di antara penasun (42,3%) dan melalui hubungan seksual beresiko (heteroseksual: 48% dan homoseksual: 3,8%). Penularan melalui hubungan seksual antara pelanggan PS dan pasangan resminya (istri) dan dari ibu ke anak telah mulai meningkat. Diperkirakan pada tahun 2015 secara kumulatif akan terdapat 38.500 anak yang tertular HIV dari ibunya. Para ibu ini sebagian besar tertular dari suaminya. Para suami ini mungkin adalah penasun atau pelanggan PS.

2.2. Pengertian HIV AIDS
HIV adalah singkatan Human Immunodefisiency Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh rentan terhadap berbagai penyakit. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. (Vinay Kumar, 2007).
HIV telah ditetapkan sebagai agens penyebab acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia Anderson Price, 2006). Definisi AIDS yang ditetapkan oleh pusat pengendalian penyakit, telah berubah beberapa waktu sejak gejala pertama ditemukan pada tahun 1981. Secara umum definisi ini menyusun suatu titik dalam kontinum penyimpangan HIV dimana penjamu telah menunjukan secara klinis disfungsi imun. Jumlah besar infeksi oportunistik  dan neoplasma merupakan tanda supresi imun berat sejak tahun 1993. Definisi AIDS telah meliputi jumlah CD4 kurang dari 200 sebagai criteria ambang batas. Sel CD4 adalah bagian dari limposit dan satu target sel dari infeksi HIV.

2.3. Etiologi









Gambar. Struktur virus HIV
 
 
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Terdapat dua jenis virus penyebab AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV 2. HIV 1 paling banyak ditemukan di daerah barat eropa, asia dan afrika tengah, selatan dan timur. HIV-2 terutama ditemukan di afrika barat. Genom HIV adalah RNA yang terdiri dari 2 sub unit identik dengan panjang sekitar 9.200 pasang basa. Secara sederhana sel HIV terdiri dari
1.      Inti RNA dan enzim transcriptase reverse (polymerase), protease, dan integrasi
2.      Kapsid- antigen p24
3.      Sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp 120 dan gp41)
HIV tidak stabil dan dapat dimusnahkan dengan senyawa antiseptik antara lain etanol 70 %, glutaradehid 1%, 02% sodium hipoklorit dan formalin. HIV dapat dimatikan pada suhu 56 0C selama 30 menit, oleh karena itu dalam pemeriksaan antibody terhadap HIV dalam darah atau serum penderita, biasanya dipanaskan dulu pada suhu 56 0C selama 30 menit, agar tugas laboratorium yang memeriksa tidak tertular HIV. HIV tidak dapat di inaktifan degan radiasi sinar gama yang berkekuatan 2,5 X 105 rad / dengan sinar ultra violet dosis tinggi.
HIV dapat ditemukan dalam darah, produk darah (serum, plasma), cairan sperma, saliva, air mata, otak, dan kelenar limfe. Virus AIDS dalam bahan tersebut dapat bertahan hidup sampai 7 hari pada suhu kamar. HIV dapat dibiakan pada kera jenis simpanse. Setelah penyuntikan kera dengan bahan pemeriksaan yang berasal dari penderita AIDS, HIV dapat dideteksi dalam limfosit darah perifer kera dengan cara immunofluoresensi, radioimunopresipitasi dan mengguanakn mikroskop electron.
2.4. Patofisiologi
HIV tergolong ke dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus yang menunjukan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam deoksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang terpancung di mana p24 merupakan komponen structural yang utama. Tombol (knob) yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait pada protein gp41. Bagian yang secara selektif berikatan dengan sel – sel CD4 positif adalah gp120 dari HIV.
HIV menyerang sistem imun dengan menyerbu dan menghancurkan jenis sel darah putih tertentu, yang sering disebut dalam berbagai nama seperti sel T pembantu (helper T cell), sel T4 atau sel CD4. Sel CD4 ini juga diberi julukan sebagai panglima dari sistem imun. CD4 mengenali patogen yang menyerang dan memberi isyarat pada sel darah putih lainnya untuk segera membentuk antibodi yang dapat mengikat patogen tersebut. Sesudah diikat, patogen itu dilumpuhkan dan diberi ciri untuk selanjutnya dihancurkan. Lalu CD4 kemudian memanggil lagi jenis sel darah putih lainnya yaitu sel T algojo (killer T cell), untuk memusnahkan sel yang telah ditandai tadi.
Sel CD4 positif mencakup monosit, makropag dan limposit T4 helper ( dinamakan sel – sel CD4 + kalau dikaitkan dengan infeksi HIV ). Jumlah normal sel CD4 dalam sirkulasi darah tubuh kita adalah sekitar 800 hingga 1.200/m3 darah. HIV mampu melawan sel CD4. Dengan menyerang dan mengalahkan sel CD4, maka HIV berhasil melumpuhkan kelompok sel yang justru amat diandalkan untuk kurang dari 200/m3. Limposit T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel di atas. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper, dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double stranded DNA (DNA utau ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian infeksi yang permanen.
Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktivitas sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitogen ( TNF alfa atau interleukin I ) atau produk gen virus seperti : CMV(cytomegalovirus), virus Epstein Barr, herpes simplek dan hepatitis. Sebagai akibatnya pada sel T4 yang terifeksi diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 dihancurkan. HIV yang baru ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan menginfeksi CD4+ lainnya.

( Gambar. Patofisiologi HIV AIDS)

Virus HIV masuk ke dalam tubuh
 

HIV menyerang sel T hepler, sel T4/ CD4

Sel T hepler, sel T4/ CD4 terinfeksi

HIV menginjeksikan 2 utas benang RNA
Yang identik ke dalam sel T4 hepler
( enzim transciptase )


 
Tunas HIV terbentuk
Sel T4 sebagai inang dihancurkan







 
Virus HIV disebarkan ke dalam Plasma
Dan menginfeksi sel T4 lainnya

Jumlah sel T4/CD4 menurun
Virus HIV meningkat

Sistem imun melemah








 
Patogen mudah masuk ke dalam tubuh

Infeksi permanen






Kalau fungsi limfosit T4 terganggu mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi oportunistik. ( Brunner & Suddart2002). Infeksi monosit dan makrofag berlangsung secara persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel – sel ini menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi pelbagai jaringan tubuh.

2.5. Pertahanan tubuh terhadap penyakit
Banyak bagian dari tubuh kita yang melindungi diri kita dan penyakit, antara lain kulit, mulut, saluran pernafasan, saluran kencing, usus, dan aliran darah. HIV harus memasuki aliran darah untuk dapat mengganggu kita. Kulit biasanya menjadi tameng terhadap HIV dan kuman penyebab penyakit lainnya. Jika kulit kita terkena air liur, darah, cairan vagina atau air mani yang mengandung HIV, virus itu biasanya mati dan tetap disana hingga terbuang. Namun apabila kulit itu mengalami luka, maka HIV akan dapat masuk ke dalam aliran darah.
Jika liur, darah, cairan vagina, dan mani masuk ke rongga mulut, maka sebagian akan dibuang. Tetapi apabila terdapat luka-luka kecil didalamnya seperti dalam keadaan pilek atau akibat penyakit gigi. Maka HIV akan memasuki aliran darah pula. Bila cairan itu tertelan, umumnya HIV akan dihancurkan oleh suasana asam yang ada di dalam saluran pencernaan makanan.
Berbagai Cara Tubuh Melindungi Diri Terhadap Penyakit
Lokasi pertahanan
Tubuh
Mekanisme pertahanan
fungsi pertahanan
Faktor yang melemahkan perthanan
Kulit
Permukaan kulit yang intak.

Menyediakan pertahanan mekanis terhadap cadangan
Adanya luka, lecet, dan tusukan.

Permukaan kulit paling luar mengelupas.
Menghilangkan kuman yang menempel pada kulit.
Tidak membersihkan tubuh secara teratur.
Mulut
Selaput lendir rongga mulut yang intak.
Air liur.
Menjadi barier mekanik.
Membuang partikel yang mengandung kuman.
Luka, gigi dicabut.

Kebersihan mulut kurang dijaga, kering.
Saluran pernafasan
Sel-sel rambut sepanjang jalan nafas dilapisi selaput lendir lengket.


Cilia (sel rambut) menangkap jasad renik dalam udara pernafasan dan membuang beserta ludah atau ditelan.
Merokok tingginya kadar oksigen dan karbondioksida, udara kering dan dingin.

Sel-sel darah putih yang memakan dan menghancurkan beenda-benda asing.
Membungkus dan memusnahkan.

merokok
Saluran uriner
Aliran air seni.


Membuang jasad renik dalam kandung kencing atau uretra.
Sumbatan dalam saluran kencing menunda kencing.
Permukaan saluran air kencing yang intak.
Sebagai perlindungan terhadap jasad renik.
Benda asing dalam saluran kencing.
Saluran pencernaan
Suasana asam dari getah lambung.

Secara kimia menghancurkan jasad renik.
Antasida.


Gerakan peristaltik dari dinding usus yang cepat, ritmis.
Menyapu jasad renik keluar tubuh dengan BAB.
Konstipasi dan obstruksi.
Peredaran darah
Sel darah putih yang memakan dan memusnahkan benda asing.
Membungkus dan menghancurkan jasad renik yang tiba di aliran darah.
Steroid, stres, HIV

2.6. Tanda dan Gejala HIV AIDS
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditunjukan pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai Penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
a.       Rasa lelah dan lesu
b.      Berat badan menurun secara drastis
c.       Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
d.      Mencret dan kurang nafsu makan
e.       Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f.        Pembengkakan leher dan lipatan paha
g.       Radang paru
h.       Kanker kulit
Beberapa infeksi oportunistik dan kanker merupakan cirri khas dari munculnya AIDS :
1.      Thrush
Pertumbuhan berlebihan jamur candida didalam mulut, vagina dan kerongkongan, biasnaya merupakan infeksi yang pertama muncul. Infeksi jamur vagina berulang yang sulit diobati seringkali merupakan gejala dini HIV pada wanita. Tapi infeksi seperti ini juga bisa terjadi pada wanita sehat akibat berbagai faktor seperti pil KB, antibiotic dan perubahan hormonal.


2.      Pneumonia pneumokistik
Pneumonia karena jamur pneumocysstis carinii merupakan infeksi oportunistik yang sering berulang pada penderita AIDS. Infeksi ini sering kali merupakan infeksi oportunistik serius yang pertama kali muncul dan sebelum ditemukan cara pengobatan dan pencegahannya, merupakan penyebab tersering dari kematian pada penderita infeksi HIV.

3.      Taxsoplasmosis
Infeksi kronis oleh taxoplasma sering terjadi sejak masa kanan- kanak, tapi gejala hanya timbul pada sekelompok kecil penderita AIDS. Jika terjadi peningkatan kembali, maka taxoplasma bisa menyebabkan infeksi hebat, terutama di otak.

4.      TuberKulosis
Tuberculosis pada penderita HIV, lebih sering terjadi dan bersifat mematikan. Mikobakterium jenis lain yaitu mycobacterium avium, merupakan penyebab dari timbulnya demam, penurunan berat badan dan diare pada tuberkulosa stadium lanjut. Tuberculosis bisa di obati dan dicegah dengan obat- obat anti tuberkulosa yang biasa digunakan.

5.      Infeksi saluran pencernaan
Infeksi salluran pencernaan oleh parasit cryptosporidium sering ditemukan pada penderita AIDS. Gejalanya dapat berupa diare hebat, nyeri perut dan penurunan berat badan.

6.      Leukoensefalopati multifocal progresif
Leukoensefalopati multifocal progresif merupakan suatu infeksi virus di otak yang bisa mempengaruhi fungsi neurologis penderita. Gejala awal biasanya berupa hilangnya kekuatan lengan atau tungkai dan hilangnya koordiasi atau keseimbangan. Dalam beberapa bulan kemudian penderita akan meninggal.

7.      Infeksi oleh sitomegalovirus
Infeksi ulang cenderung terjadi pada stadium lanjut dan seringkali menyerang retina mata, menyebabkan kebutaan. Pengobatan dengan obat anti-virus bisa mengendalikan sitomegalovirus.

8.      Sarcoma Kaposi
Sarcoma Kaposi adalah suatu tumor yang tidak nyeri, berwarna merah sampai ungu, berupa bercak- bercak yang menonjol di kulit tumor ini terutama sering ditemukan pada pria homoseksual.

9.      Kanker
Bisa juga terjadi kanker getah bening (limpoma) yang mula- mula muncul di otak atau organ- oragan dalam. Wanita penderita AIDS cenderung terkena kanker serviks. Pria homoseksual juga mudah terkena kanker rectum
Badan kesehatan WHO mengklasifikasikan penyakit AIDS dalam 4 stadium yaitu :
1.      Stadium I, infeksi HIV bersifat asimptomatis, terdapat indikasi limfedenopati umum, namun performa penderita baik, dapat beraktivitas seperti biasanya.
2.      Stadium II, gejala penurunan berat badan, infeksi pada mukosa, antaralain dermatitis, infeksi jamur, sariawan berulang- ulang, herpes zoster, infeksi saluran pernafasan, sinusitis yang berkepanjangan dan limfadenopati generalisata yang persiten. Penderita umumya masih dapat beraktivitas dengan normal.
3.      Stadium III, muncul gejala AIDS related complex (ARC), meliputi penurunan berat badan yang signifikan, kelelahan, demam brkepanjanganm diare kronis selama ebih dari 4 minggu, kandidiasis oral, penurunan system imun yang ditandai oleh infeksi tuberculosis dan infeksi berat yag disebabkan oleh bakteri lainnya.
4.      Stadium IV, ditandai dengan HIV wasting syndrome, berupa penurunan berat badan yang drastic, diare kronis lebih dari 1 bulan dan demam tinggi selama ebih dari 1 bulan disamping itu muncul infeksi oportunistik antara lain pneumonia, taksoplasmosis otak, kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan, kriptokokosis ekstrapulmonar, infeksi cytomegalovirus pada liver dan limfa, infeksi virus herpes simplex oral dan genital.
2.7 Penularan HIV AIDS
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus terdapat juga dalam saliva, air mata, dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak disunat. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui:
A.     Ibu hamil
a.       Secara intrauterin, intrapartum, dan postpartum (ASI).
b.      Angka transmisi mencapai 20-50%.
c.       Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga.
d.      Laporan lain menyatakan risiko penularan melalui ASI adalah 11-29%.
e.       Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada dua kelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan kelompok ibu setelah beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang belum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan angka penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya disusui. Bayi normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya selama 6-15 bulan.

B.     Jarum suntik
a.       Prevalensi 5-10%.
b.      Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena penyalahgunaan obat.
c.       Diantara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di Bogor 25%, dan di Bali 53%.

C.     Transfusi darah
a.       Risiko penularan sebanyak 90%.
b.      Prevalensi sebanyak 3-5%.

D.    Hubungan seksual
a.       Prevalensi sebanyak 70-80%.
b.      Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim.
c.       Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini cenderung menurun dan digantikan oleh penularan jalur penasun (pengguna narkoba suntik).

E.     Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.

F.      Alat-alat untuk menoreh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tatoo, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV karena alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu. HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai bersama-sama, berpelukan di pipi, berjabat tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.







2.8. Pencegahan HIV AIDS
Pencegahan penyakit HIV/AIDS antara lain:
1.      Menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS atau tersangka penderita AIDS.
2.      Seks dengan menggunakan pelindung (kondom)
3.      Memberitahukan mitra seksualya sebelum dan sesudah diketahui terinfeksi
4.      Mencegah kehamilan pada ODHA
5.      Mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang-orang yang mempunyai banyak pasangan.
6.      Menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika obat suntik.
7.      Untuk penderita HIV tidak mendonorkan darah maupun organ.
8.      Menghintikan penggunaan suntikan bekas atau bersama- sama
9.      mengikuti program rehabilitasi.
10.  Bagi petugas kesehatan harus selalu menggunakan sarung tangan lateks pada setiap kontak dengan cairan tubuh.

2.9.    Pemeriksaan, Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan
1.      Pemeriksaan Laboratorium HIV AIDS
Human Immunodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan-cairan yang berperan dalam penularan AIDS seperti darah, semen dan cairan serviks atau vagina. Diagnosa adanya infeksi dengan HIV ditegakkan di laboratoruim dengan ditemukannya antibodi yang khusus terhadap virus tersebut.
a.       Untuk pemeriksaan pertama biasanya digunakan Rapid tes untuk melakukan uji tapis. Saat ini tes yang cukup sensitif dan juga memiliki spesifitas yang tinggi. Hasil yang positif akan diperiksa ulang dengan menggunakan tes yang memiliki prinsip dasar tes yang berbeda untuk meminimalkan adanya hasil positif palsu yaitu ELISA. Rapid Tes hasilnya bisa dilihat dalam waktu kurang lebih 20 menit.

b.      Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), bereaksi terhadap adanya antibodi dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi jumlah virus yang lebih besar. Biasanya hasil uji ELISA mungkin masih akan negatif 6 sampai 12 minggu setela pasien terinfeksi. Karena hasil positif palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang dan apabila keduanya positif maka dilakukan uji yang lebih spesifik yaitu Western Blot.

c.       Western Blot merupakan elektroporesis gel poliakrilamid yang digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Jika tidak ada rantai protein yang ditemukan berarti tes negatif. Sedangkan bila hampir atau semua rantai protein ditemukan berarti western blot positif. Tes ini harus diulangi lagi setelah 2 minggu dengan sampel yang sama. Jika western blot tetap tidak bisa disimpulkan maka tes western blot harus diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap negatif maka pasien dianggap HIV negatif. PCR (Polymerase Chain Reaction) Untuk DNA dan RNA virus HIV sangat sensitif dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes ini sering digunakan bila tes yang lain tidak jelas. (Nursalam, 2007).

2.      Konseling
Konseling sangat dibutuhkan bagi pasien HIV/AIDS yang sudah terdiagnosis maupun pada kelompok berisiko tinggi agar mau melakukan tes, bersikap terbuka, dan bersedia mencari pertolongan dokter. Konseling bertujuan untuk mencegah penularan HIV, mengubah perilaku ODHA, pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka, meningkatkan kualitas hidup ODHA.
Konseling HIV/AIDS meliputi konseling untuk pencegahan, konseling pra-tes, konseling pasca-tes, konseling keluarga, konseling berkelanjutan, dan konseling pada mereka yang menghadapi kematian. Konseling yang diberikan pada pasien akan membantunya dalam memperoleh akses informasi yang benar, memahami dirinya secara lebih baik, mampu menghadapi masalah lebih baik, dan mampu berkomunikasi lebih lancar. Elinsenberg (1983) mengatakan bahwa konseling menambah kekuatan pada klien untuk menghadapi, mengikuti aktifitas, yang mengarah pada kemajuan, dan untuk menentukan suatu keputusan konseling sehingga membantu klien agar mampu menguasai masalah yang sedang dan kelak akan dihadapi.
Konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara seseorang (klien) dengan pelayan kesehatan (konselor) yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan  atau mengadaptasi diri dengan stres dan sanggup membuat keputusan bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS.
Konseling HIV/AIDS menjadi hal yang unik karena:
1.      Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS.
2.      Membutuhkan pembahasan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi.
3.      Membutuhkan pembahasan tentang kematian atau proses kematian.
4.      Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh konselor itu sendiri.
5.      Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV yang positif.
6.      Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun anggota keluarga klien.
Tujuan Konseling HIV
1.      Mencegah penularan HIV dengan cara mengubah perilaku. Untuk mengubah perilaku, ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak hanya membutuhkan informasi belaka, tetapi yang jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka, misalnya dalam perilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik, dan lain-lain.
2.      Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara positif.
Konseling HIV Dianjurkan untuk Keadaan Berikut:
1.      Orang yang sudah diketahui menderita AIDS atau terinfeksi HIV, dan keluarganya.
2.      Mereka yang sedang dites untuk HIV (sebelum dan sesudah tes).
3.      Mereka yang sedang mencari pertolongan diakibatkan perilaku resiko yang lalu dan sekarang sedang merencanakan masa depannya.
4.      Mereka yang tidak mencari pertolongan namun berperilaku resiko tinggi.
5.      Orang yang mempunyai masalah akibat infeksi HIV (pekerjaan, perumahan, keuangan, keluarga, dan lain-lain), sebagai akibat infeksi HIV.
Petugas Konseling
          Selain dokter, perawat, psikolog, psikoterapi, pekerja sosial, dan orang dengan profesi lain dapat dianjurkan dan dilatih untuk memberikan dukungan konseling. Petugas konseling tidak harus merupakan petugas kesehatan yang ahli. Guru, penyuluh kesehatan, petugas laboratorium, pembuka agama, kelompok kerja muda, dukun tradisional, dan anggota kelompok masyarakat dapat menolong dalam konseling pencegehan maupun konseling dukungan untuk ODHA. Jadi pada dasarnya yang dapat menjadi petugas konseling adalah mereka yang masih mempunyai ruang untuk orang lain dalam dirinya.
3.      Nutrisi
Pentingnya Nutrisi bagi Pasien HIV/AIDS
Nutrisi yang sehat dan seimbang harus selalu diberikan pada klien dengan HIV/AIDS pada semua tahap infeksi HIV. Perawatan dan dukungan nutrisi bagi pasien berfungsi untuk:
1.      Mempertahankan kekuatan tubuh dan berat badan.
2.      Mengganti kehilangan vitamin dan mineral.
3.      Meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk mengurangi infeksi,
4.      Memperpanjang periode dari infeksi hingga berkembang menjadi penyakit AIDS.
5.      Meningkatkan respon terhadap pengobatan, mengurangi waktu dan uang yang dihabiskan untuk perawatan kesehatan.
6.      Menjaga orang yang hidup dengan HIV/AIDS agar dapat tetap aktif, sehingga memungkinkan mereka untuk merawat diri sendiri, keluaraga, dan anak-anak mereka.
7.      Menjaga orang dengan HIV/AIDS agar tetap produktif, mampu bekerja, tumbuh baik, dan tetap berkontribusi terhadap pemasukan keluarga mereka.
Makanan terdiri atas zat gizi mikro dan makro. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah kecil, sedangkan zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak. Makanan penting bagi tubuh kita untuk :
1.      Berkembang, mengganti dan memperbaiki sel-sel dan jaringan.
2.      Memproduksi energi agar tetap hangat, bergerak dan bekerja.
3.      Membawa proses kimia misalnya pencernaan makanan.
4.      Melindungi, melawan, bertahan terhadap infeksi serta membantu proses penyembuhan penyakit.
Keamanan Bahan Makanan dan Minuman
Makanan bisa terkontaminasi bakteri berbahaya dan virus yang memproduksi toksin beracun. Orang yang terinfeksi makanan seperti ini bisa terinfeksi oleh kuman dan menjadi sakit. Karena HIV mempengaruhi sistem imun dan tubuh rentan terhadap penyakit, maka ODHA lebih rentan terhadap kuman dan harus berhati-hati untuk menghindari makanan yang terkontaminasi.
Untuk mengurangi terkontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan resiko keracunan atau tertular berbagai penyakit infeksi, maka perlu dilakukan tindakan menjaga keamanan makanan dan minuman dengan cara:
1.      Mencuci tangan dengan air sabun mengalir setelah buang air besar kerena kuman disebarkan memalui feses.
2.      Menjaga kebersihan diri dengan cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah mempersiapkan atau memegang makanan. Menutup luka agar tidak terkontaminasi makanan. Menggunakan air bersih dan aman untuk minum dan memasak.
3.      Menjaga kebersihan dapur dengan membersihkan seluruh dapur, mencuci sayur dan buah dengan air bersih, menjaga makanan agar tidak dihinggapi lalat dan debu.
4.      Makanan harus dimasak dengan air mendidih dan segera dimakan setelah masak, karena kuman sangat cepat berkembang biak dalam air hangat. Bahan makanan sebaiknya disimpan di lemari pendingin atau di tempat yang sejuk. Masak makanan hingga matang, tetapi jangan masak sayur-sayuran terlalu matang, jangan menyimpan makanan mentanh dan masak di tempat yang sama, dan panaskan hingga setiap akan dimakan.
5.      Masak daging dan ikan hingga matang, cuci peralaytan memasak, telur harus direbus pada suhu tinggi.
6.      Periksa kemasan makanan atau kaleng makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka untuk mengetahui kemungkinan adanya kerusakan makanan, periksa tanggal kadaluarsa.
7.      Hindari mengkonsumsi daging, ikan, telur mentanh, dan daging ayam; termasuk unggas lain yang dimasak setengah matang atau tidak dimasak dengan benar.
8.      Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah atau lalapan.
9.      Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir.
10.  Hindari produk susu yang tidak terpasteurisasi.
11.  Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan.
12.  Hindari makanan yang berjamur dan basi.
13.  Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan yang sudah dimasak.
14.  Selalu minum air yang sudah dimasak atau air mineral dalam kemasan atau botol.
15.  Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan alat dapur.
16.  Sedapat mungkin menghindari jajan, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri karena keamanannya lebih terjamin.

Bahan Makanan yang Dianjurkan Dikonsumsi Pasien
Berbagai bahan makanan yang banyak didapatkan di Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran, dan kacang-kacangan dapat diberikan dalam penatalaksanaan gizi pada pasien.
1.      Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12 untuk mencukupi kebutuhan pasien dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare.
2.      Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung medium chain trigliserida (MCT) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan sumber energi yang dapat digunakan untuk pembentukkan sel.
3.      Wortel kaya kandungan bete karoten sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai bahan pembentukkan CD4. Vitamin C, vitamin E, dan beta karoten berfungsi sebagai anti radikal bebas yang dihasilkan oleh perusakan oleh HIV pada sel tubuh.
4.      Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik yakni vitamin B1, B6, B12, dan zat gizi mikro lainnya yang berfungsi untuk pembentukkan CD4 dan pencegahan anemia.
5.      Buah alpukat mengandung banyak lemak yang tinggi dan dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid) yang 63% dari jumlah tersebut berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan HDL, selain itu alpukat juga mengandung glutation untuk menghambat replikasi HIV.
4.  Olahraga bagi Pasien HIV/AIDS
Efek Latihan Fisik Terhadap Tubuh
a)      Perubahan sistem sirkulasi
Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5L/menit menjadi 20L/menit pada orang dewasa sehat, hal ini menyebabkan peningkatan aliran darah ke otot skelet dan jantung.


b)      Sistem pulmoner
Olahraga dapat meningkatkan frekuensi nafas, meningkatkan pertukaran gas serta pengangkutan serta pengangkutan dan penggunaan oksigen oleh otot. Paru merupakan salh satu organ yang tidak beradaptasi terhadap olahraga.
Respon Sistem Respirasi Terhadap Latihan Fisik
Enam menit setelah latihan bersepeda statis, terjadi peningkatan ventilasi, heart rate, PaO2, pH arteri, suhu tubuh, dan terjadi penurunan PaCO2. Faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan ventilasi selama latihan adalah aktivasi kolateral ke pusat respirator dari motor pathway untuk aktivasi otot sehingga terjadi:
·           Peningkatan suhu tubuh.
·           Neuron respirator menjadi lebih responsif pada perubahan aktifitas kemoreseptor sehingga otak mungkin lebih sensitif pada fluktuasi daripada pada nilai absolut PaO2 PaCO2, atau pH.
·           Produksi asam laktat selama latihan (metabolisme anaerob). Meningkatkan konsentrasi H+ di CSF dan darah sehingga mempengaruhi kemoreseptor.

c)      Metabolisme
Untuk melakukan olahraga, otot memerlukan energi. Pada olahraga intensitas rendah sampai sedang terjadi pemecahan trigliserida dan jaringan adiposa menjadi glikogen dan FFA (Free Fatty Acid). Kegiatan olahraga intensitas tinggi akan membuat kebutuhan energi meningkat. Keadaan ini membuat otot semakin tergantung pada glikogen sehingga metabolisme berubah dari metabolisme aerob menjadi anaerob.
Metabolisme anaerob menghasilkan 2 ATP dan asam laktat yang menurunkan kerja otot. Pada saat olahraga, tubuh meningkatkan ambilan glukosa darah untuk mencegah hipoglikemia. Selain itu, tubuh meningkatkan glikogenolisis dan glukoneogenesis hati untuk mempertahankan gula darah normal.
Olahraga berlebihan menyebabkan hipernatremia, karena banyaknya cairan isotonis yang keluar bersama keringat, dan hiperkalemia, karena kalium banyak dilepaskan dari otot. Selain itu bisa juga terjadi dehidrasi dan hiperosmolaritas.
5.  Pemeriksaan Kesehatan Secara berkala
         Seseorang yang telah dinyatakan HIV positif harus diperiksa kesehatannya secara berkala. Pemeriksaan ini untuk menetapkan stadium klinis dan infeksi opurtunistik apa yang ada, semua out akan menentukan pengobatan apa yang harus ia terima.
6.      Pencegahan dan pengobatan infeksi opurtunistik, termasuk TB
Hampir semua kematian ODHA adalah akibat infeksi opurtunistik, dan terbanyak karena TB oleh karena itu pencegahan/ profilaksis, deteksi dini dan pengobatan infeksi opurtunistik sangat penting. Pemberian obat kotrimoksaksol profilaksis sangat bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis infeksi opurtunistik sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ODHA. Semua ODHA perlu di scrining TB dan di obati jika terdapat TB aktif.

7.      Pengobatan Paliatif
Disemua stadium, ODHA memerlukan perawtan paliatif dan pengobatan Symptomatis/ untuk menghilangakn gejala rasa sakit. Terlibih di stadium akhir, saat ODHA tidak mampu untuk beraktivitas, merea membutuhkan perawatan anggar kualitas hidupnya tetap baik. Menjelang ajalpun perawatan paliatif untuk menghilangkan rasanyeri dan membantu ODHA menyambut kematian dengan lebih nyaman.biasanya pengobatan paliatif berbasis dalam rumah tangga dapat dilayani oleh orang awam dengan bimbingan petugas kesehatan. Oleh karena itu petugas kesehatan perlu mempersiapkan keluarga dan LSM untuk mengambil peran ini.

8.      Pengobatan Dengan ARV ( Anti Retro Viral )
ARV tidak memyembuhkan namun mampu menekan perkembang biakan virus dalam tubuh sehingga meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia ODHA. Sebelum memulai pengobatan ARV, ODHA perlu memenuhi criteria social dan medis. Criteria social antara lain bersedia mendapatkan ARV, ada ukungan untuk kepatuhan berobat. Criteria medis sesuai dengan pedoman WHO adalah :
a)      Jika tidak aada alat pemeriksaan CD4, maka semua pasien dengan gejala klinis yang berat ( stadium klinis 3 dan 4 ) diberi ARV.
b)      Jika ada alat pemeriksaan CD4, maka semua pasien dengan CD4 kurang dari 200 harus diberi ARV. Dan pasien CD4 kurang dari 350 dipertimbangkan untuk iberi ARV.
Jika belum memenuhi criteria, ODHA tetap berhak dan perlu mendapatkan pelayanan sebagaimana no 1-5 di atas. Pengobatna ini harus diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan seumur hidup. Putus obat harus di hindari karena jika terjadi kekebalan ( resistensi) maka akan terjadi tantangan berat buka hanya bagi pengobatan individu tapi bagi masyarakat. Biaya pengobatan akan lebih mahal karena harus beralih pada lini berikunya dan harganya jauh lebih mahal. Agar tidak putus obat disatu sisi, ARV yang berkualitas harus tersedia dalam jumlah yang cukup secara terus menerus karena itu diperlukan perencanaan dan pembiyaan jangka panjang dan managemen rantai penedian obat yang baik.
Disis lain, ODHA yang mendapat ARV harus patuh obat (adherence). Artinya tidak boleh lupa minum obat untuk itu ODHA perlu diberi duungan untuk kepatuhan berobat (adherence support) melalui berbagai metode, kerjasama antara petugas kesehatan, keluarga, dan LSM. ARV bisa menimbulkan efek samping dari ringan sampai berat. ODHA dan keluarga perlu diberi informasi agar efek samping tidak membuat mereka mundur dari pengobatan ARV. Di samping itu obat- obat untuk mengatasi efek samping perlu di persiapkan.
PDP terdiri dari 6 komponen diatas memerlukan jejaring kerja dan system rujukan yang luas dan baik dalm kerangka continium of care yang berjejaring kerja dengan program pencegahan. Pasokan alat dan bahan, termasuk obat ( terutama obat ARV) perlu di tata dengan baik dan manajemen rantai pasokan ( supplai change managemen ) untuk menjamin ketersedian alat, bahan dan obat yang bermutu dalam jumlah yang cukup secara berkesinambungan.
Agar upaya upaya tersebut diatas member manfaat bagi peningkatan kualitas hidup ODHA maka harus disertai dengan meninggalkan kebiasaan hidup tidak sehat seperti merokok, minuman keras dan lainnya, serta mengembangkan kebiasaan hidup sehat.














BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
   HIV (Human Immunodefisiency) Virus yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga membuat tubuh rentan terhadap berbagai penyakit. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV dan ditandai dengan imunosupresi berat yang menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan manifestasi neurologis. (Vinay Kumar, 2007). Badan kesehatan WHO mengklasifikasikan penyakit AIDS dalam 4 stadium yaitu, stadium I, II,III, dan IV. Bermacam- macam vaksin sudah dicoba untuk mencegah dan memperlambat progresivitas penyakit, akan tetapi sejauh ini belum ada yang berhasil . Adapun obat seperti ARV tetapi tidak dapat memyembuhkan namun mampu menekan perkembangbiakan virus dalam tubuh sehingga meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang usia ODHA

3.2. Saran
Penulis ingin menyampaikan saran terkait dengan selesainya makalah ini. Alangkah baiknya kita sebagai tenaga kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan mengetahui apa itu HIV/AIDS, gejala, dan dampaknya bagaimana, agar kita bisa menjaga diri dan terhindar dari HIV/AIDS. Semoga makalah bisa membantu kita dalam memperdalam pengetahuan tentang HIV/AIDS.









LAMPIRAN




ASUHAN KEPERAWATAN
HIV AIDS













ASUHAN KEPERAWATAN
PADA GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI
( HIV AIDS )
I.            PENGKAJIAN
Tgl/jam MRS                            :
Ruang                                       :
Diagnosa Medis                        :
Nomor Medikal Record           :
 Tgl. Masuk                              :
Tgl. Pengkajian             :

      1.         Identitas
a.       Identitas Klien
Identitas klien meiputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa, bahasa, penidikan, pekerjaan, status, alamat

b.      Identitas penanggungjawab
Identitas penanggungjawab meliputi, nama, umur, hubugan dengan pasien.

      2.         Riwayat Kesehatan
a)      Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya meliputi Rasa lelah dan lesu, Berat badan menurun secara drastis, Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam, Mencret dan kurang nafsu makan, Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut, Pembengkakan leher dan lipatan paha.

b)      Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian pertanyaan secara PQRST. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Seperti diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis. Keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imonokompetensi pasien.
c)      Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kepada klien apakah klien mempunyai penyakit seperti diabetes militus, herpes dan lain- lain sehinga bisa mendukung ke pengkajian.
d)      Riwayat Kesehatan Kelurga
Tanyakan kepada keleurga apakah keluarga mempunyai riwayat yang sama dengan klien.

   3.            Psikososial- spiritual
Pengalaman mengalami suatu penyakit akan membangkitkan berbagai perasaan dan reaksi stress, frustasi, kecemasaan, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, berduka, dan ketidak pastian dengan adaptasi penyakit.

   4.            Pola Koping
Beradaptasi terahdap penyakit memerlukan berbagai strategi tergantung keterampilan koping yang bisa digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Biasa klien dengan penyakit ini selalu bersikap menyalahkan diri sendiri, penyangkalalan, pasrah, mencari akan penyakit yang di alami dan meminta dukungan emosional pada orang- orang terdekatnya,

      5.         Pemeriksaan Fisik
a)      Status kesehatan Umum
a.       Penamilan umum     : keadan umum dengan gangguan penyakit ini penampilan tidak rapih, kurang percaya diri.
b.      Kesadaran              : klien sadar penuh ( Composmentis ).
c.       Berat Badan           : adanya penurunan berat badan yang drastis.

b)      Sistem Sirkulasi/ Kardiovaskular
Gejala        : penyembuhan yang lambat (anemia),perdarahan lama pada cedera.
Tanda         : perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat/ sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.

c)      Sistem Gastroinstestinal
Gejala : diare terus-menerus,sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri                      panggul , rasa tebakar saat miksi.
Tanda : feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat,sering nyeri   tekan abdominal,lesi/ abses rectal, perional ,perubahan jumlah, warna dan karakter urine.

d)      Sistem Neurologi
Gejala : pusing,sakit kepala,perubahan status mental,kerusakan status indera,          kelemaan otot, tremor,perubahan penglihatan.
 Tanda : perubahan status mental, ide paranoid,ansietas, reflek tidak             normal,tremor,kejang, hemiparesis.

      6.            Pemeriksaan Diagnostik
a)      Labolatorium
a.       Tes antibody serum       : Skrining HIV, hasil tes positf,tapi bukan merupakan diagnose
b.      Tes blot western           : Mengkonfirmasi diagnose HIV

b)      Radiologi
a.       EEG, MRI, CT scan otak, EMG (Pemeriksaan saraf)

c)      Tes Antibodi
a.       Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
b.      Western Blot Assay
c.       Western Blot Assay
d.      Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
e.       Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

      7.            Terapi
Pemberian ARV, adapun jenis- jenis dari ARV antara lain :
Nucleosida reverse transcriptase inhibitor ( NRTI )
Non- nuckeosida reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Protase inhibitor dan Fusion Inhibitor

II.            ANALISA DATA
Tgl/ jam
Data
Interpretasi Data
Masalah

DS dan DO
Virus HIV


 
Menurunkan jmlh & fungsi CD-4

Memudahkan Invasi MO melalui
Makanan & minuman


 
Melepaskan enterotoxin
 

Reaksi imflamasi
 

Peningkatan motilitas sal- cerna

Diare tiap hari
 

ehilangan cairan yang berlebihan


 


Kekurangan volume cairan tubuh berlebih

Kekurangan volume cairan tubuh berlebih


DS dan DO
Infeksi Virus HIV

Aktivasi Sitokin (IL-1+TNF)

Demam
 

Hipermetabolik

Pemecahan Protein Dan Otot


 
Kehilangan len body mass
 

Perubahan kebutuhan nutrisi
perubahan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan


DS dan DO

Invasi MO
Saluran cerna


 
Masuk komponen dinding sel


 
Reaksi inflamasi

eningkatan metabolisme sel


 
eningkatan suhu tubu

Gangguan Termoregulasi



Gangguan termoregulasi: Hipertermi

III.          DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
Tgl/ jam
Diagnosa Keperawatan
Paraf
1.

Kekurangan volume cairan tubuh berlebih berhubungan dengan diare tiap hari. Ditandai dengan : DS Dan DO

2.

Perubahan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat. Ditandai Dengan DS dan DO

3.

Gangguan termoregulasi: hipertermi berhubungan dengan invansi MO saluran cerna dan infeksi virus HIV. Ditandai dengan DS dan DO


IV.            RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tgl/ Jam
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Rencana tindakan

Kekurangan volume cairan tubuh berlebih berhubungan dengan diare tiap hari. Ditandai dengan : DS Dan DO
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan klien mampu mencapai rehidrasi dengan kriteria : Frekuensi  BAB < 3 kali, Konsistensi lembek, urgor kulit baik, Membran mukosa lembab, Tanda vital nomal.
1.      Anjurkan klien untuk minum sedikitnya 2500 ml/hari
2.      Ukur intake dan out  put
3.      Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus
4.      Observasi tanda-tanda vital dan timbang BB.
5.      Anjurkan klien untuk  menghidari makanan pedas
6.      Kolaborasi pemberian cairan parenteral

Perubahan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan asupan tidak adekuat. Ditandai Dengan DS dan DO
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan klien mampu mencapai berat badan dapat dipertahankan dengan kriteria: Berat badan tetap,  Nafsu makan membaik, Tidak mual  saat makan, Porsi makan habis

1.      Hilangkan rangsang lingkungan yang berbahaya atau kondisi  yang memperburuk refleks gag
2.      Berikan makanan dalam kondisi hangat dan menarik dan mudah ditelan
3.      Anjurkan klien untuk batasi makanan yang menyebabkan mual dan muntah
4.      Anjurkan klien untuk batasi cairan satu jam sebelum makan dan pada saat makan
5.      Anjurkan klien untuk makan dengan porsi kecil frekuensi sering (6 kali /hari)
6.      imbang berat badan sesuai kebutuhan

Gangguan termoregulasi: hipertermi berhubungan dengan invansi MO saluran cerna dan infeksi virus HIV. Ditandai dengan DS dan DOJ
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x 24 jam, diharapkan klien mampu mencapai suhu badan normal dengan kriteria: Klien mengatakan “Badan tidak panas”, adan klien tidak teraba panas, Bibir dan mulut lembab Bibir dan mulut lembab, Tanda tanda vital dalam keadaan normal
1.      Kompres dingin membentuk menurunkan panas tubuh dengan cara konduksi
2.      Memudahkan evaporasi panas badan
3.      Antipiretik menurunkan set poin suhu badan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar